JURNAL EDUKASI IGIKedua, berdasarkan hasil pengujian hipotesis keduaditemukan adanya hubungan positif antara iklim kerjadengan kepuasan kerja guru yang ditunjukkan denganpersamaan regresi linier Ŷ = 9,452 + 1,002 X 2dankoefisien korelasi diperoleh ry 2= 0,710. Dari temuanpenelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerjaguru dapat ditingkatkan melalui perbaikan iklim kerja.Ketiga, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketigaditemukan bahwa terdapat hubungan positif antarakepemimpinan transformasional dan iklim kerja gurudengan kepuasan kerja guru yang ditunjukkan olehpersamaan regresi ganda Ŷ = 7,516 + 8,610 X 1+ 0,934 X 2dengan koefisien korelasi ganda Ry 1.2= 0,714.Oleh karena itu, secara umum hasil penelitianmenunjukkan bahwa kepuasan kerja guru sekolahYPPSB Sangatta di Kutai Timur dapat ditingkatkandengan meningkatkan kepemimpinan transformasionaldan memperbaiki iklim kerja. Simpulan tersebutmengandung implikasi, bahwa upaya memanfaatkankepemimpinan transformasional kepala sekolah untukmeningkatkan kepuasan kerja guru dapat dilakukandengan beberapa alternatif perlakuan.Pertama, pemberian arah dan tujuan yang jelas.Kepala sekolah sebagai pemimpin transformasionalperlu memantapkan sasaran dan standar yang jelas,dapat mengkomunikasikan sasaran kepada kelompokdan tidak saja kepada sasaran individu, dan juga harusdapat melibatkan orang dalam menetapkan sasarantersebut. Kedua, pemberian respons yang positif terhadaptiap usaha inisiatif guru betapa pun kecilnyainisiatif tersebut. Ketiga, kesediaan untuk membimbingdan mendukung. Kepala sekolah sebagai atasansenantiasa dapat menunjukkan minat yang tulus untukdapat mendengarkan masalah-masalah yang dihadapiguru dalam kegiatan belajar mengajar. Keempat,penghargaan terhadap prestasi kerja. Sebagai kepalasekolah senantiasa memperhatikan nilai imbalan terhadapkompensasi prestasi kerja yang telah dilakukanoleh pegawainya. Kelima, menumbuhkan rasa kebersamaan.Guru harus dibiasakan untuk ikut bertanggungjawab atas segala keberhasilan maupun kegagalan.Kepala sekolah harus membiasakan guru untuk bertanggungjawab atas segala bentuk hasil kerja yangdicapainya.Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untukmemperbaiki iklim kerja untuk meningkatkan kepuasankerja guru. Pertama, pembagian tugas (job description)yang jelas. Guru harus mengetahui tugasnya denganjelas. Pembagian tugas yang jelas dan adil tidakmemberi peluang kepada guru untuk membandingbandingkantugasnya dengan tugas guru yang lain.Pembagian tugas yang adil dapat membuat suasanakerja lebih kondusif.Kedua, memperbaiki efektifitas penilaian kinerja,DP3 (Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai) dapat dilakukanoleh kepala sekolah untuk membedakan guruyang baik, rajin, dan kreatif yang layak diberi penghargaandan guru yang kurang baik yang perlu mendapatpembinaan. Ketiga, mendorong komunikasi terbuka.Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat diperlukandalam komunitas sekolah. Dengan keterusteranganakan menimbulkan komunikasi yang jujur dan terarah14| VOL. 01 Tahun I - September 2013yang diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerjadan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kinerjaguru dan kualitas pendidikan.Berdasarkan simpulan dan implikasi tersebut,peneliti menyarankan beberapa hal. Pertama, kepalasekolah sebagai pemimpin transformasional perlumemantapkan sasaran dan standar kinerja yang jelasdan menjaga komunikasi yang efektif, agar setiap gurumengerti arah dan tujuan sekolah/lembaga. Kedua,melibatkan guru secara langsung dalam setiap kegiatanpendidikan dengan memberikan pekerjaan sesuaidengan porsinya sehingga timbul rasa keterikatanyang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadapkeberhasilan maupun kegagalan kerja.Ketiga, membentuk tim untuk melakukan pemantauan,mengevaluasi perkembangan pekerjaan gurudan memberi bantuan bagi guru yang mengalami kesulitanpada saat melakukan tugas. Keempat, melibatkantim pengembangan yayasan untuk mengevaluasidan menganalisis sistem penilaian kinerja karyawandan memberikan input tentang masalah-masalah yangdihadapi guru pada saat melakukan penilaian kinerja.Diskusi mengenai sistem penilaian kinerja ditargetkanuntuk membentuk daftar penilaian dan pengembangankinerja guru.Kelima, memberikan penghargaan secara khususbagi guru, misalnya pemberian gelar guru teladan, gurufavorit dalam acara seremonial yang diadakan manajemenyayasan sehingga dapat memacu prestasi kerjaguru. Keenam, penelitian ini baru meneliti kepuasanguru dari dua aspek yaitu kepemimpinan transformasionaldan iklim kerja, disarankan beberapa aspek lainyang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru dapatdiadakan penelitian lanjutan. Ketujuh, model penelitianini juga dapat diadakan di lembaga lain khususnyadi Sangatta Kutai Timur,sehingga hasil tersebut dapatmelemahkan atau menguatkan hasil penelitian ini.DAFTAR PUSTAKAGibson, et.al. 1973. Organisasi dan Manajemen PerilakuStruktur Proses (Terjemahan: Wahid, D.) Jakarta:Penerbit ErlanggaHartanto, M. Frans. 1991. Peran KepemimpinanTransformasional dalam Upaya PeningkatanProduktivitas Tenaga Kerja di Indonesia (MakalahSeminar Departemen Tenaga Kerja). JakartaHerzberg, F. 1969. One More Time: How Do YouMotivate Employee. Harvard: Business ReviewJanuary-FebruaryMaslow, A.H. 1943 A Theory of Human Motivation.Psychological Review.Stephen P. Robbins. 1994. Management. EnglewoodCliffs, New Jersey: Printice Hall Inc.
JURNAL EDUKASI IGIMEMFAKTORKAN BENTUK KUADARTDENGAN MENGGUNAKAN KOTAK GESEROleh: Amirullah*Abstrak: Pembelajaran operasi matematika di sekolah perlu selalu diupayakan untuk menemukancara-cara yang memudahkan siswa dalam mempraktikkannya. Tulisan ini berupaya memberikanalternatif untuk memecahkan operasi matematika dalam bentuk pemfaktoran persamaan kuadrat.Cara-cara konvensional dinilai masih bersifat coba-coba (spekulatif) sehingga tidak efektif danefisien. Oleh karena itu, penulis mencoba mengajukan cara alternatif yang lebih mudah, efektif,dan efisien; yaitu penggunaan koak geser sebagai media bantu pemecahan operasi matematikapemfaktoran persamaan kuadrat.Kata Kunci: Kotak Geser, Pemfaktoran Persamaan Kuadrat, Teknik/cara Coba-cobaAbstract: There should be ways to accommodate students to solve mathematics operations moreeasily. This paper tries to show alternative solutions to solve mathematics operations, especially in theform of quadratic equations. Conventional ways of solving the quadratic equations are consideredtrial-and-error (speculative). As a result it is not effective and efficient. Therefore, the writer tries tosuggest an easier, more effective and efficient way of solving the quadratic equation, which is byusing the moving box as a media. The moving box can be a tool to help students to solve quadraticfunctions.Key Words: Moving Box, Factorizing Quadratic Equations, Technique/trial-and-errorPENDAHULUANDalam mata pelajaran matematika di tingkatSMP pada beberapa pokok bahasan terdapat materipelajaran yang dianggap sulit baik oleh guru dan lebihlebiholeh siswa. Hal seperti ini biasanya terungkappada saat pembicaraan di pertemuan guru-guru baikdalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)maupun kegiataan lain seperti Diklat (Pendidikan danLatihan) mata pelajaran.Dalam tulisan ini penulis mengangkat salah satupokok bahasan yang menjadi masalah seperti halnyapengalaman penulis dalam mengajarkan materitersebut. Masalah tersebut adalah, bagaimana carayang lebih mudah dalam pemfaktoran bentuk ax² + bx+ c, khususnya dalam menentukan dua bilangan factor(p dan q dengan syarat p x q = a x c dan p + q = b)sehingga bentuk kuadarat tersebut dapat difaktorkan.Dari teknik atau metode yang ada sampai saat ini padaumumnya menggunakan teknik mencoba-coba dalammenentukan bilangan p dan q dengan mencocokcocokannyasesuai syarat yang diberikan tersebut,padahal cara ini sangat menyita banyak waktu dan takterarah.KELEMAHAN TEKNIK ‘COBA-COBA’ DALAMPEMFAKTORKAN BENTUK KUADRAT ax² + bx + cCara yang lazim diterpakan untuk memfaktorkanbentuk ax² + bx + c adalah dengan teknik mencobacoba.Ada dua teknik ‘coba-coba’ yang lazim digunakanpara guru matematika. Teknik pertama dijelaskandalam buku Materi Pelatihan Terintegrasi (Depdiknas2005) dan teknik kedua dijelaskan dalam buku PelajaranMatematika Kelas VII (Depdiknas 2006).Cara-cara memfaktorkan dengan teknik ‘cobacoba’masih terdapat kelemahan-kelemahan. Upayamencoba-coba dalam menetukan faktor-faktor bentukkuadrat banyak menyita waktu dan kebanyakan siswatidak mampu menyelesaikan soal dengan tepat danbenar. Masalah seperti ini sudah disadari para gurumatematika, terutama sering menjadi keluhan paraguru anggota MGMP Matematika SMP se-KabupatenJeneponto. Kesulitan terutama dialami siswa saatmenyelesaikan pemfaktoran bentuk ax² + bx + c.Berikut ini disajikan contoh penerapan teknik ‘cobacoba’yang lazim digunakan.Pemfaktoran Bentuk ax²+ bx + c, dengan Syarat a = 1Pemfaktoran bentuk ax² + bx + c, dengan syarat a= 1 adalah x² + bx + c = (x + p ) ( x + q ), dengansyarat c = p x q dan b = p + q. Teknik ’coba-coba’ untukmencari faktor bentuk ax² + bx + c dilakukan denganjalan mencari faktor dari c terlebih dahulu, kemudiandicoba-coba untuk mendapatkan jumlah faktorfaktordari c yang berjumlah sama dengan b. Teknikini disajikan dalam buku Materi Pelatihan Terintegrasi(Depdiknas 2005).Contoh PenerapannyaFaktorkanlah bentuk x² + 6x + 5Penyelesaian dengan teknik ’mencoba-coba’ untukmendapatkan faktor x² + 6x + 5 dilakukan dengan mengalikan:x + o = ...x + o = ... XVOL. 01 Tahun I - September 2013 |15