10.07.2015 Views

txHYs

txHYs

txHYs

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

JURNAL EDUKASI IGITabel 1. Hasil Pengamatan Sikap Peserta Didik dalamPembelajaranNo.Aktivitas Peserta Didikyang Diamati1 Aktif mendengarkanketika gurumenjelaskan materipelajaran23Tidak memperhatikanpenjelasan guruSibuk atau ramai tanpatujuan yang jelasSiklus 1 Siklus 2Jml. Persen Jml. Persen25 80% 27 88%4 12 4 12%2 8% 0 0%Jumlah 31 100% 31 100%Data pada Tabel 1 menunjukkan gambaranperubahan sikap peserta didik yang menunjukkangejala positif pada siklus pertama hingga siklus kedua.Hal itu ditandai dengan perubahan jumlah pesertadidik yang sibuk dengan urusan sendiri atau ramaitanpa tujuan yang jelas. Pada akhir siklus pertamamasih ada dua peserta didik yang bersikap negatif,namun pada akhir siklus kedua sudah tidak ada yangbersikap negative.Penilaian uji kompetensi kemampuan berceritadengan aspek penilaian pada kualitas pelafalan,intonasi, ekspresi wajah, ekpresi gerak tubuh, dankeruntutatn cerita, juga menunjukkan peningkatanhasil. Hal itu tampak dari perolehan nilai akhir darimasing-masing peserta didik. Pada siklus pertamasecara klasikal tercatat lebih dari 65% peserta didiksudah mampu bercerita sesuai dengan tujuanpembelajaran pada kompetensi ini. Dari 31 pesertasebanyak 2 peserta didik mendapat nilai di atas 75,sebanyak 11 peserta didik memperoleh nilai antara70 – 75, ada 9 peserta didik mendapat nilai kurang dari70.Siklus kedua menunjukkan bahwa lebih dari 80%peserta didik telah memperoleh nilai memenuhi batasketuntasan. Dari 31 peserta didik pada kelas VII-A,sebanyak 4 peserta didik mendapat nilai di atas 85,sebanyak 18 peserta didik memperoleh nilai antara 80– 85, ada 9 peserta didik memperoleh nilai di bawah 80.Hasil uji kompetensi dari kedua siklus menunjukkankenaikan. Ketika pada akhir siklus pertama masihterdapat peserta didik yang memperoleh nilai kurangdari 65, namun pada akhir siklus kedua hampir semuapeserta didik dapat melewati batas nilai terendah 75kecuali dua peserta didik. Kenaikan ini selain disebabkanoleh upaya peserta didik untuk tampil berceritadengan lebih baik pada siklus kedua, juga disebabkanoleh semakin jelasnya prosedur dan cara penilaiansebaya yang dilakukan oleh peserta didik. Aspekpenilaian pada ekspresi baik mimik maupun gestureyang hasilnya rendah pada siklus pertama mengalamikenaikan pada siklus kedua karena guru memberikanterapi motivasi agar peserta didik berkespresi sebaikbaiknyadan kepada mereka diberikan contoh nyatamelalui pemodelan oleh guru.Seiring dengan kenaikan nilai dalam uji kompetensibercerita, persentase ketercapaian pada setiap aspekyang dinilai dalam kompetensi bercerita juga naik.Namun demikian sampai akhir siklus kedua, aspekekspresi gerak atau gesture persentase pencapaiannyamasih di bawah 60% yaitu baru 59%. Aspek yang lainsudah dapat mencapai persentase ketercapaian di atas60%. Hal itu berarti bahwa pada kegiatan pembelajaranberikutnya, guru perlu memberikan terapi motivasi danpemodelan nyata sebelum peserta didik diminta tampilberbicara di depan teman-teman sekelasnya agarmereka tidak canggung dalam melakukan ekspresigerak sebagai pendukung keberhasilan berbicara.Penguasaan masing-masing aspek dalam dua siklussecara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 2. Persentase Ketercapaian Setiap AspekKompetensi BerceritaNo. Aspek yang Dinilai Siklus 1 Siklus 2 Keterangan1 Kualitas pelafalan 74,2% 95,2% naik 21%2 Intonasi 72,6% 75% naik 2,4%3 Ekspresi mimik/wajah 65,3% 69,4% naik 4,1%4 Ekpresi gerak/gesture 66,3% 75,8% naik 9,3%5 Keruntutan cerita 69,4% 91,1% naik 21,7%Hasil angket untuk merekam tanggapan siswaterhadap penerapan pembelajaran bercerita denganteknik Bercerita Berantai positif. Hasil angket itumenggambarkan bahwa dari 31 peserta didik di kelasVII-D, lebih dari 75% peserta didik merasakan bahwapembelajaran bercerita dengan teknik BerceritaBerantai sangat menarik. Mereka juga sangat setujubahwa dengan bercerita secara bersama teman satukelompok membuat mereka merasa tidak takut dantidak malu lagi untuk tampil berbicara di depan temantemansekelas.PENUTUPBerdasarkan hasil-hasil penelitian penulis dapatmenyimpulkan dua hal. Pertama, penerapan teknikbercerita berantai dapat menghilangkan kendalapsikologis (rasa takut, malu, dan apatis) yang dialamipeserta didik kelas VII-D SMP Negeri 3 BonangKabupaten Demak ketika disuruh tampil berbicara didepan teman-teman sekelas. Kedua, hilangnya kendalapsikologis yang dialami siswa kelas VII-D SMP Negeri3 Bonang Kabupaten Demak ketika berbicara dapatmengoptimalkan penguasaan kompetensi berceritadengan memperhatikan ketepatan intonasi, kualitaspelafalan, ekspresi wajah (mimik), ekspresi gerak(gesture), dan keruntutan cerita.Berdasarkan pada simpulan-simpulan yangdiperoleh dalam penelitian ini, penulis menyarankankepada para guru Bahasa Indonesia, sebelummelakukan penanaman kompetensi berbicara kepadapeserta didik, sebaiknya guru mengidentifikasi secarateliti apakah peserta didik tersebut memiliki kendala,terutama kendala psikologis yang dapat mengganggukeberhasilan mereka dalam berbicara di depan umum.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |65

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!