26.09.2015 Views

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sistem penggajian baru.<br />

Berdasarkan cara masuknya ke bursa tenaga kerja di<br />

<strong>Indonesia</strong>, sebenarnya mereka terbagi dalam 3 golongan.<br />

Atau kalau mau sedikit ilmiah, setidaknya bisa disebut ada<br />

3 alasan yang mendorong dunia bisnis di tanah air mendatangkan<br />

bule dan tenaga kerja asing (TKA) lain.<br />

Pertama, kebutuhan perusahaan untuk memperluas pasar<br />

ke manca negara, sekaligus untuk mendekati sumbersumber<br />

pembiayaan internasional. Ini adalah pertimbangan<br />

paling rasional dan bagus, sebab si asing dijadikan<br />

tenaga handal untuk kepen- tingan perusahaan. Tentu di<br />

slnl mereka harus bisa menunjukkan prestasi dan<br />

kepiawaiannya, bukan sekadar bekerja dengan bayaran<br />

tinggi. Kedua, cuma sekadar latah atau menganggap<br />

kehadiran bule di perusahaan sebagai lambang bonafiditas.<br />

Di perusahaan semacam ini si bule jelas bisa jadi<br />

raja tanpa harus menunjukkan prestasi berarti yang<br />

menguntungkan perusahaan.<br />

Ketiga, karena tekanan. Ini biasanya terkait dengan<br />

pemberian bantuan atau pinjaman dari lembaga-Iembaga<br />

donor (kreditor) internasional, seperti IMF, Bank Dunia,<br />

Consultative Group on <strong>Indonesia</strong> (CGI), dan lain-lain.<br />

Yang terakhir ini boleh dibilang merupakan kelanjutan dari<br />

penjajahan, di mana <strong>Indonesia</strong> dipaksa untuk menghargai<br />

ekspatriat lebih tinggi dari pribumi. Tidak jarang lembagalembaga<br />

internasional itu meminta pemerintah untuk<br />

menggunakan produk atau jasa perusahaan-perusahaan<br />

asing tertentu. Ini jelas sulit ditolak pemerintah, karena<br />

berkaitan dengan pinjaman yang biasa diperhalus menjadi<br />

bantuan.<br />

Dengan dasar pemikiran seperti itu, dapat dimaklumi<br />

bila banyak perusahaan doyan mempekerjakan expatriat.<br />

Padahal gaji dan fasilitas yang harus diberikan perusahaan<br />

kepada mereka bisa 4-5 kali lebih besar daripada tenaga<br />

lokal dengan keahlian dan pengalaman setara. Hal ini<br />

menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan tenaga lokal.<br />

Untungnya perasaan cemburu itu tidak sampai berubah<br />

menjadi aksi massa, seperti yang terjadi di Jerman<br />

menjelang jebolnya Tembok Berlin. Itu sebabnya <strong>Indonesia</strong><br />

tetap menjadi surga buat TKA yang amat 'dibutuhkan'<br />

itu. Apalagi perusahaan juga cukup punya dana<br />

untuk membayar mereka. Maklum ekonomi <strong>Indonesia</strong><br />

sepuluh tahun terakhir tumbuh di atas 7%/tahun,<br />

sumber- sumber dana asing dengan senang hati dan royal<br />

memberi utangan. Tak jarang si mitra asing sengaja<br />

mendorong agar perusahaan mempekerjakan expatriat<br />

atas beberapa pertimbangan.<br />

Cuma ketika krisis datang menerjang dan ra tusan<br />

perusahaan <strong>Indonesia</strong> tersungkur, keadaan berubah 180<br />

derajat. Manajemen perusahaan terpaksa mengkaji ulang<br />

kebutuhan mereka akan tenaga asing. Ini dapat dimaklumi<br />

sebab kehadiran tenaga asing yang banyak itu, ternyata<br />

tak mampu menyelamatkan perusahaan dari krisis. Mau<br />

tak mau kini kehadiran tenaga asing mesti dikaitkan<br />

lang sung dengan kebutuhan real perusahaan dan biaya .<br />

Bahkan kepada tenaga expatriat yang benar- benar<br />

dibutuhkan pun terpaksa diadakan negosiasi ulang soal<br />

bayaran. Maklum bila mereka harus dibayar dengan<br />

patokan kurs yang sedang berlaku, perusahaan bisa mati.<br />

PT . Aspac Inti Corpora (Aspac) adalah satu di antara<br />

sekian banyak perusahaan yang melakukan terobosan<br />

kreatif seperti itu. "Meskipun kami tidak terlalu terpukul<br />

oleh meroketnya dolar dan harga-harga, toh kami harus<br />

melakukan penghematan secara interen, antara lain

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!