Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
kemampuan konsumen sebagai bahan pertimbangan.<br />
Agaknya pemerintah Soeharto menggunakan pertimbangan<br />
lain. Tidak enaknya lagi pertimbangan tersebut<br />
cuma diketahui oleh pemerintah (dalam hal ini Mentamben),<br />
PLN, dan pengusaha listrik swasta. Transparansi<br />
yang dituntut masyarakat dan konsumen nampaknya<br />
belum bisa diberikan PLN.<br />
Banyak kalangan keberatan dengan cara jual-beli<br />
listrik seperti itu, termasuk anggota DPR RI, terutama<br />
Komisi VIII dan VI. Yayasan Lembaga Konsumen <strong>Indonesia</strong><br />
(YLKI) dan pengamat ekonomi UI Faisal H. Basri masuk<br />
juga dalam daftar orang-orang yang keberatan tersebut.<br />
Mereka semua senada menengarai adanya ke tidakberesan<br />
dalam penunjukan investor dan tender PLN. Yang paling<br />
vokal mengkritik Pemerintah adalah Iskandar Manji,<br />
mantan anggota Komisi VI DPR RI. Menurutnya dalam<br />
setiap proyek listrik swasta, selalu didapati surat dari<br />
Pemerintah untuk menyetujui PPA, dan PLN tak bisa<br />
menolaknya. Contohnya kasus PLTU Tanjung Jati C, yang<br />
ditunda bersama beberapa proyek lain akibat krisis.<br />
Penundaan ini tercantum terang- terangan dalam LoI IMF<br />
yang ditandatangani Soeharto. Melihat harga listrik<br />
swasta yang demikian tinggi itu dan bau kolusi yang<br />
menyengat, sebenarnya lebih masuk akal bila semuanya<br />
dibatalkan demi hukum. Namun entah dengan pertimbangan<br />
apa IMF cuma menjegal Proyek listrik Tanjung Jati<br />
C yang dimenangkan PT CEPA (Consolidate Electric Power<br />
Asia) <strong>Indonesia</strong>.<br />
CEPA <strong>Indonesia</strong> adalah konsorsium yang semula<br />
memenangi tender Proyek Listrik Tanjung Jati B pada akhir<br />
1995. Proyek Listrik Tanjung Jati C didapatnya kemudian<br />
dengan cara agak akrobatik. Ceritanya begini: pada akhir<br />
1995, CEPA <strong>Indonesia</strong> berhasil memenangi tender Proyek<br />
Listrik Tanjung Jati B senilai USS 1J7 miliar. Pada saat<br />
memenangi tender anggota konsorsiumnya adalah Cepa<br />
Hongkong dan PT International Manufacturing Producer<br />
Association (Impa) Energy, milik pelobi ulung Djan Faridz<br />
yang dikenal dekat dengan mba Tutut. Pengusaha yang<br />
amat tertutup itu kadang juga suka main sinterklassinterklasan.<br />
Pada 17 April 1996 misalnya, dia menyumbangkan<br />
100 unit sepeda motor kepada Pangdam Jaya<br />
waktu itu Mayjen Sutiyoso, untuk pengamanan ibukota<br />
menjelang pemilu. Nampaknya Impa Energy, milik Djan<br />
Faridz, sebagai anggota konsorsium muncul belakangan,<br />
sebab tahun 1994 konsorsium itu beranggotakan Cepa<br />
Hongkong dan PT Gunung Sewu Mulia. Menurut Sammy<br />
Supit, Direktur Impa, perusahaan yang dinakhodainya<br />
bergerak dalam bidang opera ting/developer pembangkit<br />
listrik dan merupakan pemasok hydro equipment terbesar<br />
di <strong>Indonesia</strong>. Bahkan PT Ciwi Kimia, ka ta dial ketika<br />
membangun pembangkit listriknya (1992), membeli<br />
equipment, termasuk genera tornya dari Impa.<br />
Terlepas dari prokontra penggantian anggota konsorsium<br />
Cepa <strong>Indonesia</strong>, proyek listrik swasta pukul ra ta<br />
memang berbau korupsi, kolusi dan nepotisme. Inidika tornya<br />
tak sulit didapat. Tinggal kita dere tkan saja proyek<br />
dan angka-angka investasi proyek-proyek tersebut, maka<br />
semuanya akan terpampang jelas di depan mata. Proyek<br />
Tanjung Jati B yang katanya men elan investasi US$ 1J7<br />
miliar atau Rp 4, 1 triliun dengan kurs waktu itu misalnya,<br />
jelas tak masuk aka!. Angka itu kelewat besar untuk<br />
pembangkit listrik berkapasitas 2 X 660 MW. Sebagai<br />
bandingan bisa kita ambil Proyek Tanjung Jati A, tetangganya<br />
yang ditangani Bakrie & Brothers (BB). Proyek yang