26.09.2015 Views

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sebagai perusahaan swasta kita kan mau untung. Nah<br />

waktu kita hitung-hitung, ternyata nilai asetnya tidak<br />

sebesar yang ditawarkan. Di samping itu pemerintah juga<br />

mengharuskan kita memakai semua karyawan Gowa, agar<br />

tidak terjadi PHK. Dan itu berat," tutur mantan Dirut MGU<br />

Irvan Gading waktu itu. "Jadi kita tidak mundur, tapi<br />

perhitungan kita tidak sesuai dengan perhitungan<br />

pemerintah. Lalu pemerintah menarik kembali penawaran<br />

tersebut," tambahnya . Irvan mengaku sudah lupa berapa<br />

harga yang diajukan pemerintah untuk seluruh aset Gowa,<br />

dan berapa pula yang diajukan MGU. Yang jelas akhirnya<br />

Pemerintah melikuidasi BUMN kertas bermasalah tersebut.<br />

Sementara BUMN kertas plat merah megap-megap,<br />

di sisi lain pabrik kertas di tanah air bertambah terus.<br />

Semuanya merupakan perusahaan swasta atau patungan<br />

dengan asing. Menurut catatan Dirjen IHHP sampai 1998<br />

di <strong>Indonesia</strong> ada 75 pabrik kertas, 12 di antaranya sudah<br />

terintegrasi dengan areal HTInya . Sebelum 1996 jumlah<br />

pabrik kertas di tanah air masih sekitar 46. Pada tahuntahun<br />

mendatang jumlahnya akan terus bertambah. Hal<br />

itu bisa dilihat dari catatan Data Consult (DC) . Sejak<br />

1996 sampai dengan Mei 1997, sedikitnya ada 26 proyek<br />

yang telah mengantungi izin mendirikan pabrik kertas. Dari<br />

semua proyek tersebut, 23 di antaranya merupakan<br />

proyek baru, dan 3 merupakan proyek perluasan. Total<br />

investasi yang diserapnya sebesar Rp 10, 199 triliun dan<br />

US$ 14,2 juta. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa<br />

industri kertas sangat prospektif dan menguntungkan.<br />

Pemain lama, kecuali BUMN, dan pemain baru<br />

semakin menggurita di industri ini. Lihat saja misalnya<br />

gulungan kertas Sinar Mas. Grup usaha ini masuk ke<br />

industri kertas dengan berbagai bendera, salah satu di<br />

antraranya PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp (IKPP).<br />

Tahun 1998 dia sudah menjelma menjadi produsen kertas<br />

terbesar di tanah air, 734 ribu ton/tahun: kertas tulis dan<br />

cetak 344 ribu ton, kraft liner 180 ribu ton, curragating<br />

medium 100 ribu ton, dan carton box 110 ribu ton.<br />

Benderanya yang lain, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia,<br />

didirikan 1972, kini merupakan produsen kertas terbesar<br />

kedua dengan produksi 65 1 ribu ton/tahun. PT. Pindo Deli<br />

Pulp & Paper Mills, berdiri 1975, memproduksi 200 ribu<br />

ton/tahun. Demikian juga anak perusahaannya yang lain<br />

PT. Lontar Papyrus, PT. Onwar Paper Utama, dan PT.<br />

Sinar Dunia Makmur. Ekspansi konglomerat yang dibesarkan<br />

orde baru itu bahkan tidak berhenti di situ. Eka<br />

Tjipta, yang digelari si raja kertas, berekspansi kemudian<br />

ke Cina dan India.<br />

Pemain lain yang namanya terus berkibar adalah Bob<br />

Hasan. Dia masuk dengan bendera PT. Kiani Kertas yang<br />

tergabung dalam Grup kalimanis. Pabrik pulp dan kertas<br />

miliknya tak pernah sepi dari kecaman, karena mendapat<br />

fasilitas bebas pajak (tax holliday) selama 10 tahun,<br />

terhitung mulai 1 September 1997. Sebelumnya dia juga<br />

disorot banyak kalangan karena mega proyeknya senilai<br />

Rp 1,63 triliun mendapat dukungan Dana Reboisasi (DR)<br />

Rp 250 miliar dengan jangka pengembalian 8 tahun. Konon<br />

sampai krisis menghantam republik, dana itu belum<br />

dicairkan Bob. Begitulah setelah berkibar di industri kayu,<br />

pengusaha yang dikenal dekat dengan Soeharto itu<br />

semakin mantap di industri kertas. Di tangannya berada<br />

PT Kertas Kraft Aceh dan Aspex Paper.<br />

Menurut Sekjen Serikat Pekerja Suratkabar (SPS) SL<br />

Batubara, Setelah Leces meninggalkan 'Iapangan permainan',<br />

atau tidak lagi memproduksi kertas koran, Aspex

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!