26.09.2015 Views

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

memang ke segala penjuru, tapi semakin lama makin<br />

terarah ke rezim Soeharto yang sudah terlalu lama<br />

bercokol.<br />

Akhirnya Soeharto, bersama kabinet Pembangunan<br />

VII-nya yang baru berumur 70 hari, harus menuai badai.<br />

Sejak itu tanah air bergolak dahsyat. Kerusuhan meledak<br />

di mana-mana. Jakarta mengambil porsi yang paling<br />

besar. Orang-orang kecil yang merasa disepelekan,<br />

termasuk ibu-ibu dan anak-anak merangsek menghancurkan<br />

toko- toko, menjarah isinya, dan membakar dengan<br />

perasaan tanpa dosa. Tanah- tanah sengke ta dan yang<br />

disinyalir milik keluarga Cendana dan kroninya dipatok<br />

ulang.<br />

5. Ketika Kesabaran itu sampai Batasnya<br />

Gempa susulannya juga tak kalah dahsyat. De<br />

Soehartonisasi dan kebencian kepada klan Cendana<br />

merebak di seluruh tanah air. Sekaitan dengan itulah Bank<br />

Central Asia (BCA), bank swasta terbesar di <strong>Indonesia</strong>,<br />

tiba-tiba kelojotan setelah digilir habis nasabahnya<br />

selama seminggu. Sebelumnya, saat kerusuhan 13- 14 Mei<br />

1998, BCA juga telah menjadi sasaran amuk massa.<br />

Sekitar 122 kantor cabangnya (dari sekitar 150) di<br />

Jakarta dan sekitarnya dibakar, dirusak, dan dijarah. Saat<br />

itu tercatat sekitar 150 ATM BCA dirusak.<br />

Ketika BCA megap-megap kesulitan likuiditas akibat<br />

penarikan dana besar- besaran (rush) oleh nasabah, orang<br />

cepat menghubungkannya dengan para pemegang saham<br />

yang lagi menjadi sasaran kebencian. BCA kala itu bagi<br />

banyak kalangan merupakan simbol persatuan klan<br />

cendana dengan konglomerat Liem Sioe Liong alias<br />

Soedono Salim. Konglomerat gaek itu setahun sebelumnya<br />

telah hengkang ke Singapura setelah menjual Indofood.<br />

Pandangan seperti itu antara lain diwakili pengamat<br />

perbankan Aberson Marie Sihaloho. "Masyarakat menarik<br />

dana dari BCA, lebih sebagai sikap ke tidakrelaan menjadi<br />

pendukung tokoh- tokoh yang selama ini dikenal erat<br />

dengan masalah-masalah kolusi, korupsi, dan nepotisme<br />

(KKN). Sebab kalau soal keamanan dana, Gubernur Bank<br />

<strong>Indonesia</strong> (BI) sudah berkali-kali menegas-kan jaminan<br />

pemerin tah terhadap simpanan pihak ke tiga," jelas<br />

Aberson sehari setelah BCA diambilalih BPPN (28 Mei<br />

1998).<br />

Aberson memang tak mengada-ada. Menurut catatan<br />

Data Consult/ICN saat itu hampir 70% saham BCA<br />

dimiliki keluarga Liem. Rinciannya : Soedono Salim 23, 16%,<br />

Andree Halim 23, 15%, dan An thony Salim 23, 15%.<br />

Sementara 30% saham BCA dimiliki anak-anak mantan<br />

presiden Soeharto. Tepatnya: Siti Hardiyanti Rukmana/<br />

mba Tutut 16%, Sigit Harjoyudanto 14%, dan sisanya<br />

yang 0,54% dimiliki pemegang saham lain.<br />

Namun kerusuhan tak berhenti sampai ke penghancuran<br />

simbol-simbol Cendana dan kroninya. Kerusuhan<br />

yang dipicu oleh perasaan putus asa, tertekan dan<br />

amarah itu segera meluas ke mana-mana. Di sejumlah<br />

daerah dia malah berganti rupa menjadi kerusuhan etnis<br />

dengan sasaran penduduk ke turunan Tionghoa. Tokotoko,<br />

rumah, harta, mobil, bahkan orangnya tak peduli<br />

laki-perempuan, tua-muda, dewasa-anak, asal bermata<br />

sipit dan berkulit kuning langsung diganyang. Pasar Baru,<br />

Glodok, dan daerah-daerah hunian yang banyak dihuni<br />

keturunan Tionghoa menggigil. Ini pada gilirannya membuat<br />

nyali orang-orang asing lain pun ikut ciut. Mereka<br />

berduyun- duyun, dengan cara apa pun meninggalkan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!