26.09.2015 Views

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bawazier, berlomba-Iomba menawarkan dan melemparkan<br />

dananya ke <strong>Indonesia</strong>. Mereka memuji-muji <strong>Indonesia</strong><br />

sebagai negeri yang 'very good.' Fundamen tal ekonomi<br />

<strong>Indonesia</strong> dinilai kuat. Pokoknya semua 'happy.' Seandainya<br />

tidak ada masalah kurs, mungkin sekarang masih okeoke<br />

aja. Orang masih mampu membayar utang dalam dan<br />

luar negeri. Fu'ad menilai dalam urusan nilai tukar Rp,<br />

pemerintah kurang teguh pendirian dan terlalu banyak<br />

mendengar suara-suara luar.<br />

Fu'ad mengakui masih banyak yang tidak benar dalam<br />

ekonomi <strong>Indonesia</strong>. Ada sistem ekonomi liberal berdampingan<br />

dengan monopoli, tata niaga, dan sistem<br />

perbankan dengan bank sentralnya yang amburadul.<br />

Perbankan sangat dimanjakan lewat program penjaminan,<br />

sehingga pengelolaannya menjadi tidak 'prudent: Meski<br />

demikian, dia yakin, semuanya masih bisa dibenahi, asal<br />

tidak dalam keadaan panik. Namun kurs sebagai sumber<br />

malapetaka mesti dikendalikan dulu. Kalau tidak, makin<br />

sulit membenahi struktur ekonomi yang kacau, inefisien<br />

dan distortif. Untuk mengatasi masalah kurs ini, Fu'ad<br />

menyarankan agar pemerintah menerapkan currency bord<br />

system (CBS), satu kubu dengan Peter F. Gontha yang<br />

memboyong Steve Hanky.<br />

Sebaliknya kubu IMF lebih senang membiarkan nilai<br />

tukar Rp mengambang seperti itu. Mereka menganggap<br />

nanti juga beres sendiri . Fu'ad sendiri berpendapat resep<br />

IMF mungkin akan bermanfaat, tapi bukan pada saat<br />

utang pemerintah dan swasta sedang jatuh tempo. Jika<br />

masalah nilai tukar tidak diselesaikan segera, kata orang<br />

Banyumas itu, program-program jangka panjang yang<br />

dikemas IMF dalam satu bundel dengan pinjaman akan<br />

sia-sia. Bahkan pak Harto sendiri, ka ta dia, akhirnya<br />

menyadari bahayanya pelepasan band intervensi itu. Dari<br />

situlah muncul ide CBS. Fu'ad sendiri mengaku tak<br />

menolak resep generik IMF yang dikenal dengan Le tter of<br />

Intent (LoI), asal masalah kurs diselesaikan dulu. Saat<br />

masuk Kabinet Pembangunan VII, Fu'ad memang berupaya<br />

menggiring USS ke tingkat yang wajar terhadap Rp. Dia<br />

mematok Rp 6.000jUSS sebagai prasyarat perundingan<br />

dengan IMF, tapi Soeharto keburu lengser diterjang<br />

reformasi dan Fu'ad tak ikut 'berlari' pada estafet berikutnya<br />

di bawah Habibie<br />

Masalah kurs Rp ini sebenarnya memang tak bisa<br />

dianggap enteng. Agar lebih mudah dipahami, marilah kita<br />

ambil contoh PLN. Di samping karena berbagai salah urus,<br />

kebocoran, in efisiensi dan proyek listrik swasta yang<br />

mahal, perusahaan listrik negara ini sangat dirugikan oleh<br />

kurs. Menurut Dirut PLN Eddie Widiono, dalam sebuah<br />

wawancara dengan penulis untuk majalah SWA, pada<br />

tahun 1996, PLN berhasil menuai laba Rp 1,2 triliun. Kurs<br />

waktu itu cuma Rp 2.407jUS$ (kurs ini sebenarnya<br />

ketinggian, tahun itu cuma sekitar Rp 2.100-2.300jUSS) .<br />

Masih menurut Eddie pada 1997 ketika nilai rupiah melorot<br />

menjadi rata-ra ta Rp 4.673jUSS, PLN membukukan rugi Rp<br />

0,6 tiliun. Tahun 1998 kerugian PLN meningkat menjadi Rp<br />

9,2 triliun, kurs Rp 8.065jUSS. Tahun 1999 kerugian membangkak<br />

lagi menjadi Rp 11,4 triliun, kurs Rp 8 .136jUS$.<br />

Tahun 2000 kerugian PLN meningkat drastis menjadi Rp<br />

23,4 triliun, selnng mengemplsnya kurs menjadi Rp<br />

9.643jUSS.<br />

Melihat angka-angka kerugian di atas, tentu masuk<br />

akal bila banyak pakar ingin menerapkan kurs tetap lewat<br />

CBS atau kembali ke sistem 'managed floating ra te :<br />

Dengan demikian rakyat tidak perlu ikut menanggung

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!