Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
- No tags were found...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Jagawana di Wono-wiri, yang jumlahnya euma 15 orang,<br />
tidak mampu menghadapi penjarah yang jumlahnya 200-<br />
300 orang. Sekadar melengkapi, pada 14 Septeber 1999,<br />
petugas Polwil Surakarta untuk kesekian kalinya menggagalkan<br />
pengiriman kayu jati ilegal ke Solo. Selain<br />
menangkap pelaku, Kdy (sopir truk pengangkut), polisi<br />
juga mengamankan barang bukti berupa 24 batang pohon<br />
jati berdiameter 35 - 40 em.<br />
Seperti bertiup bersama badai krisis yang membuat<br />
jutaan orang jatuh miskin dan Lol yang membuka kembali<br />
ekspor kayu glondongan, peneurian kayu jati langsung<br />
marak. Penebangan liar meluas sampai ke taman nasional.<br />
Penjarahannya, baik seeara sembunyi-sembunyi maupun<br />
terang- terangan, pada gilirannya ikut mengakibatkan<br />
langkanya bahan baku industri mebel dan kerajinan.<br />
Pemieunya apalagi kalau bukan kebutuhan perut yang tak<br />
bisa ditunda. Saat mata peneaharian tak ada dan hargaharga<br />
kebutuhan hidup membubung tinggi, meneuri milik<br />
negara tentu sah-sah saja bagi mereka. Toh para bankir<br />
juga menjarah uang negara (BLBI) dan uang nasabah<br />
tidak apa-apa. Apalagi harganya lumayan mahal, menjanjikan<br />
keuntungan besar, dan menjualnya gampang.<br />
Oi SISI lain peneurian kayu telah mengakibatkan<br />
menurunnya produksi kayu jati Perum Perhutani. Yang<br />
paling jelas adalah di Jateng. Menurut eatatan Perhutani<br />
pada 1997 Perum Perhutani I Jateng memproduksi 460<br />
ribu m3 kayu jati dari 20 KPH. Pada tahun 1998 produksi<br />
melorot menjadi 381 ribu m3. Pada 1999 Perhutani memproyeksikan<br />
produksi hanya 310 ribu m3. Sementra itu<br />
Jatim memproduksi sekitar 300 ribu m3 kayu jati per<br />
tahun. Pada saat sama kebutuhan kayu jati di kedua<br />
kawasan tersebut sekitar 1,2 juta m3/tahun. Jadi, akan<br />
ada kekurangan bahan baku hampir 600 ribu m3 kayu.<br />
Bagaimana mengatasinya?<br />
Bila pemerintah tidak segera membenahi pengelolaannya,<br />
dan menegakkan supremasi hukum kepada siapa<br />
saja yang melakukan peneurian dan perusakan hutan jati,<br />
dapat dipastikan dalam waktu tidak lebih 10 tahun hutan<br />
jati kita akan habis. Pemberdayaan lahan gundul menjadi<br />
hutan jati seluas 40 ribu ha/tahun, yang dilakukan Perum<br />
Perhutani, tentu akan kalah eepat oleh keserakahan<br />
pengusaha dan aparat. Oampak bawaannya adalah beneana<br />
alam dan rontoknya industri hilir jati.<br />
F. Masalah-masalah Administrasi<br />
Apa bedanya negara-negara maju semaeam Uni Eropa<br />
(UE), Amerika Serikat (AS) dan Jepang dengan <strong>Indonesia</strong>?<br />
Jawaban atas pertanyaan sederhana ini jelas tak sederhana.<br />
Terlalu banyak indikator yang mestik dipajang,<br />
sehingga orang yang biasanya euma merasakan bedanya,<br />
menjadi benar- benar tahu dan mengerti . Toh dari semua<br />
indikator pembeda yang mungkin disajikan, orang masih<br />
bisa memerasnya dengan sedikit jenaka . Oi negara-negara<br />
maju administrasi adalah bagian dari solusi. Sedang di<br />
<strong>Indonesia</strong> administrasi menjadi bagian dari problem.<br />
Buktinya tak sulit didapat. Lihat saja misalnya pembagian<br />
subsidi langsung tunai (BLT). Untuk memudahkan<br />
menjangkau mereka yang berhak sampai ke pelosokpelosok<br />
tanah air, pemerintah menyerahkannya lewat PT<br />
Pos <strong>Indonesia</strong>. Ini tentu merupakan pilihan tepat, mengingat<br />
jaringan Kantor Pos sudah menjangkau seluruh<br />
penjuru republik. Saat membagikan kepada orang per<br />
orang, petugas kantor pos mewajibkan mereka membawa<br />
kartu tanda penduduk (KTP). Ini untuk menghindari