Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
president. This gave me an opportunity to set things<br />
right," tulis Tanri jujur dalam bukunya '<strong>Indonesia</strong>, Inc,<br />
Privatising State-Owned Enterprises (Singapore, 2001 p.<br />
51).<br />
Dalam masa jabatannya yang singkat, juga pada<br />
masa Habibie yang cuma berlangsung 512 hari, Tanri<br />
menata kembali manajemen BUMN yang selama 32 tahun<br />
amat amburadul dan rawan penyelewengan. BUMN yang<br />
biasa dijadikan sapi perahan rezim Soeharto itu ditata<br />
ulang, sekaligus dibuatkan master plan pembinaan dan<br />
privatisasinya. Di dalam kabinet transisi Habibie, Tanri<br />
dinilai banyak kalangan menduduki posisi istimewa. 'Tanri<br />
adalah wakil profesional yang paling membangkitkan<br />
harapan," kata tokoh reformis dari UI Arbi Sanit, ketika<br />
dimintai komentarnya beberapa saat setelah susunan<br />
kabinet diumumkan. Penilaian senada juga dilontarkan<br />
Pakar Ekonomi dari FE-UI Prof. Dr. Anwar Nasution. ''Top<br />
reformer dalam kabinet Reformasi ini, di mata saya,<br />
adalah saudara Tanri Abeng. Selama ini BUMN lebih<br />
banyak dijadikan alat perpanjangan tangan birokrasi<br />
pemerintah. Dalam masa jabatannya yang singkat, Tanri<br />
mampu mengubah BUMN menjadi benar- benar badan<br />
usaha. Kantor Menteri Negara Pendayagunaan BUMN<br />
telah berhasil memisahkan BUMN dari birokrasi pemerintah,<br />
memisahkan regulator dari opera tor, serta menghapus<br />
KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dari BUMN," tutur<br />
Ekonom, yang biasa mengeritik pemerintah, itu terus<br />
terang.<br />
Anwar memang tidak mengada-ada. Dalam soal<br />
pemberantasan KKN, misalnya, Tanri tergolong cepat<br />
mendeteksi dan cepat bertindak. Lewat kerjasama<br />
dengan departemen teknis terkait dan dikoordinasikan<br />
dengan Menko Wasbangpan, dalam waktu 6 bulan sejak<br />
menjabat Menneg BUMN, Tanri telah menemukan 167<br />
proyek dilingkungan BUMN yang berindikasi KKN (29<br />
Desember 1998). Lalu pada 6 Juli 1999, dia menemukan 6<br />
proyek lagi yang berindikasi serupa. Selanjutnya dari 173<br />
kontrak berindikasi KKN itu (berasal dari 17 BUMN gemuk),<br />
tanpa tedeng aling-aling 79 proyek dibatalkan Tanri.<br />
Sisanya 25 proyek ditender ulang atau direnegosiasi, 59<br />
proyek diproses dan diteruskan ke BPKP (Badan Pengawas<br />
Keuangan dan Pembangunan) untuk diteliti, dan 10<br />
proyek dilanjutkan dengan kontrak kerjasama setelah<br />
dievaluasi lebih lanjut. Hasilnya? Dari tindak lanjut temuan<br />
tersebut, Menneg BUMN berhasil melakukan penghematan<br />
biaya sebesar Rp 465,2 miliar, dan penghematan<br />
anggaran investasi USS 991,3 juta atau Rp 9,913 triliun<br />
jika dihitung dengan kurs Rp 10 ribu/USS.<br />
Lebih jauh lagi, kata Guru Besar FE-UI itu, dalam era<br />
Kabinet Reformasi Pembangunan kita bisa melihat transfaransi<br />
pengelolaan BUMN yang cukup baik. Anwar tidak<br />
berlebihan. Selama menjabat Tanri memang tidak bekerja<br />
secara rahasia. Tak seperti birokrat pemerintah pada<br />
umumnya, langkah-Iangkah Tanri sudah menjadi buku<br />
terbuka, yang bisa diikuti khalayak lewat berbagai<br />
publikasi. Bahkan pada akhir masa jabatannya Tanri masih<br />
membuat laporan pertanggungjawaban yang rapih, satu<br />
hal yang jarang dilakukan birokrat sebelumnya. Tanri,<br />
dalam hal ini, boleh dianggap sebagai tokoh perin tis<br />
penegakan good corporate governance (GCG) di lingkungan<br />
BUMN.<br />
Memang tidak semua yang dilakukannya berjalan<br />
mulus, mengingat kompleksnya masalah yang melilit<br />
BUMN. Namun dalam situasi yang penuh gejolak, restruk-