Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
menjadi dosen di Universitas <strong>Indonesia</strong>, tapi malah beralih<br />
profesi menjadi wartawan. "Journalist today is president<br />
tomorrow," jawabnya bercanda, candaan yang bukan<br />
tidak mungkin menjadi kenyataan suatu saat. Ishak<br />
memang diplot untuk menjadi dosen di Fakultas Sastra,<br />
Universitas <strong>Indonesia</strong>, yang telah mengirimnya ke Belanda<br />
untuk program master. Dia sudah menyelesaikan S2<br />
dengan baik dan kembali membawa ijazah MA dan thesis<br />
berjudul: Het Beeld van Indonesie in de 20ste eewse<br />
koloniale literatuur (Wajah <strong>Indonesia</strong> dalam Literatur<br />
Kolonial Abad XX). Dia kemudian pamit kepada Profesor<br />
Tajuddin, Rektor UI saat itu, untuk berada di luar UI<br />
selama administrasinya belum beres. Sebab dia sudah<br />
mengurusnya hampir 3 bulan, tapi tak selesai. Ishak tak<br />
bersedia merengek- rengek kepada dekan atau rektor agar<br />
administrasinya dibereskan. Menurutnya, kalau itu dilakukan,<br />
maka dia berubah dari seorang intelektual menjadi<br />
pengemls.<br />
Kendati urung menjadi dosen di kampus bergengsi<br />
UI, Ishak tak setengah-setengah menjalani profesi barunya<br />
sebagai jurnalis. Dia bahkan memulainya dari bawah<br />
sebagai reporter sampai Oktober 1997. Dialah yang<br />
mewawancarai Edward Soeryadjaya yang berbisnis<br />
minyak di Canada setelah mantan bos Grup Summa itu<br />
meninggalkan tanah air. Dia juga yang berhasil membuat<br />
pohon bisnis Bob Hasan, bos Kiani Kertas dan Bank Umum<br />
Nasional setelah mewawancarainya selama 4 jam di<br />
lapangan golf Matoa, Ciganjur. Anak muda inilah yang<br />
membongkar kasus jual-beli kuota dan eksportir fiktif<br />
tekstil dan produk tekstil lewat laporan investigativenya<br />
di Deperindag setelah jatuhnya Soeharto. Dia kemudian<br />
diangkat menjadi redaktur magang sampai Okktober 1998.<br />
Tugasnya mengejar nara sumbernya, kemudian menulis<br />
liputannya sendiri. Setelah itu dia diangkat menjadi<br />
penanggungjawab rubrik Tanah Air, yang menangani<br />
makro ekonomi-politk selama setahun . Sukses di rubrik<br />
Tanah Air, Ishak kemudian seperti melakukan tour of duty<br />
dari satu rubrik ke rubrik lain di SWA mulai dari rubrik<br />
perbankan, industri strategis, sektor riil, Management,<br />
pariwisata dan otonomi daerah, sampai ke rubrik-rubrik<br />
tidak tetap semacam petrokimia, tekstil, industri jasa,<br />
kertas, properti, dan lain-lain. Sehingga ketika dia<br />
direkruit oleh majalah ekonomi terkemuka Forbes (New<br />
York) untuk menjadi tim <strong>Indonesia</strong> buat cover story The<br />
<strong>Indonesia</strong> 40 riches t (40 orang-orang kava <strong>Indonesia</strong>)<br />
Oktober 2006, sudah tak ada lagi rubrik yang belum<br />
pernah dijamahnya di SWA. Ishak memang kemudian<br />
meninggalkan SWA dan bergabung dengan Forbes. Namun<br />
Forbes <strong>Indonesia</strong> tak jadi terbit. Yang muncul GlobeAsia,<br />
satu-satunya majalah bisnis berbahasa Inggris di<br />
<strong>Indonesia</strong>. Edisi perdananya terbit Januari 2007. Majalah<br />
ini tumbuh sangat spektakuler dan kini menjadi majalah<br />
bisnis terbesar di <strong>Indonesia</strong> dari sisi oplah (di atas 90 ribu<br />
exemplar) . Ishak menjadi senior editor di almater barunya<br />
itu.<br />
Kelahiran Denpasar, 15 November 1961 ini adalah<br />
sosok yang menarik, supel, rendah hati, ringan tangan<br />
dan cepat menguasai sesuatu yang baru. Itu sebabnya<br />
ketika dia meminta saya untuk menuliskan otobiografinya,<br />
saya langsung setuju. Saya sendiri sudah mengenalnya<br />
sejak awal 1996, ketika dia memulai babak baru dalam<br />
kehidupannya . Sepanjang karirnya sebagai wartawan berbagai<br />
training dan kursus singkat diikutinya untuk menambah<br />
ilmu dan wawasan. Sekadar menyebut sebagian saja: