26.09.2015 Views

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

27,41 triliun menyerahkan 12 aset, termasuk Tambak<br />

Udang Windu Dipasena. Aset- aset itu dikumpulkan dalam<br />

PT Tunas Sepadan Investama. Lalu Bob Hasan (BUN)<br />

yang menelan Rp 6, 159 triliun menyerahkan 30 aset dan<br />

disatukan dalam PT Kiani Wirudha. Sementara Sud\r.,·ikatmono<br />

(Bank Surya) yang memperoleh Rp 1,886 triliun BLBI<br />

menyerahkan 5 asetnya.<br />

Lantas apa sebenarnya yang salah dari penyerahan<br />

aset-aset tersebut? Sampai di situ memang tidak ada<br />

yang salah. Apalagi bila mereka dengan jujur dan niat baik<br />

menilai aset sendiri (tidak ada mark up), seperti yang<br />

diminta dalam perjanjian MSAA. Itu baru menjadi masalah<br />

ke tika orang membaca salah satu klausul, yang membuat<br />

Kwik uring-uringan. Klausul itu kasarnya berbunyi: apabila<br />

nilai aset-aset yang diberikan itu melebihi nilai yang<br />

dijaminkan, maka pemerintah harus mengembalikan kelebihan<br />

itu kepada pemilik aset semula. Namun bila ternyata<br />

nilainya kurang dari itu, maka dia menjadi tanggungan<br />

pemerintah. "Perjanjian seperti itu kok bisa ditandatangani?"<br />

kata Kwik berang beberapa waktu sebelum<br />

mengundurkan diri dari Kabinet Persatuan Gus Dur.<br />

Tentu saja Menko Ekuin (kini mantan) keberatan bila<br />

MSAA diteruskan, sebab potensi kerugian yang harus<br />

ditanggung negara amat besar. Penilaian ulang AMI di<br />

atas adalah salah satu contohnya . Dipasena, pertambakan<br />

udang windu raksasa milik Syamsul dinilai Swiss First<br />

Boston, konsultan asing yang disewanya - USS 2 miliar.<br />

Dengan kurs penilai saat itu Rp 10- 11 ribu/USS, nilainya<br />

menjadi Rp 20 triliun lebih. Padahal nilai riilnya, kata Kwik<br />

dan dibenarkan Ketua BPPN Cacuk Sudarijanto, paling<br />

banter cuma Rp 2 triliun. Yang tinggal cuma kolam-kolam<br />

raksasa dan air, serta beberapa genset, dan lain-lain. Di<br />

tataran aplikasi potensi ruginya lebih hebat lagi. Lihat<br />

saja Holdiko (yang menampung 109 aset Grup Salim) telah<br />

ditawar perusahaan berbendera Malaysia dengan Rp 20<br />

triliun. Padahal dia dijaminkan Salim kepada BPPI\I dengan<br />

harga Rp 52 triliun lebih.<br />

Entah karena memang ingin mengejar setoran atau<br />

karena tingkat intelektualitasnya terlalu rendah, BPPN<br />

sebagai penguasa aset hampir saja melepas Holdiko<br />

dengan harga diskon seperti itu. Orang merasa lebih tidak<br />

enak lagi setelah terungkap bahwa perusahaan yang mau<br />

mengambil alih Holdiko itu juga milik Salim. "Mengapa tidak<br />

bayar saja utangnya dengan cash, bila memang masih<br />

banyak duit?" begitulah opini yang berkembang kemudian.<br />

Salim sendiri menganggap harga itu wajar, karena<br />

pemerintah Thailand juga cuma mendapatkan 30% dari<br />

nilai aset yang dijaminkan konglomeratnya. Bila konglomerat<br />

besar semacam Syamsul membebankan pemerintah<br />

kerugian sekitar Rp 20 triliun dari sekitar Rp 28,41 triliun<br />

BLBI yang ditenggaknya, lalu Liem Sioe Liong yang asetasetnya<br />

dianggap bagus juga membebani pemerintah<br />

dengan kerugian sekitar Rp 32 triliun, Bob Hasan,<br />

Sudwiktmono berapa lagi? Haruskah semuanya dibebankan<br />

kepada APBN, yang berarti 217 juta rakyat <strong>Indonesia</strong><br />

ikut memikulnya lewat pengurangan anggaran pendidikan,<br />

kesehatan, dan lain-lain?<br />

Bagi Kwik adalah mustahil BPPN, yang notabene diisi<br />

oleh orang-orang profesional mantan pengelola bank,<br />

tidak mengerti soal ini. Banyak kalangan menilai kesepakatan<br />

itu tak beda jauh dengan prostitusi intelektual.<br />

Memang ada sebuah peredam kecil, klausul soal holdback<br />

asset. Dengan ini jika utang lebih besar daripada aset<br />

yang diserahkan, maka si penandatangan harus menye-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!