Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
PT Marannu Anggareja, PT Metropos, CV <strong>Indonesia</strong><br />
Printer, PT Pentas Cakra Bakti, PT Golden Web,<br />
CV.Yudhistira, dan PT Paser Media <strong>Indonesia</strong>.<br />
Kemudian untuk memantau pengumpulan suara di<br />
daerah-daerah KPU butuh lS0 perangkat radio SBB<br />
seharga Rp 20 jutajunit ditambah sejumlah itu untuk<br />
sarana pendukungnya. Panitia daerah kecipratan bikin 270<br />
ribu set kotak suara . Konon harga termurah per set Rp 80<br />
ribu. Jadi total dibutuhkan dana 21,6 miliar. Masih buat<br />
mereka yang di daerah adalah pembuatan tempat pemungutan<br />
suara (TPS) sebanyak 270 ribu juga. Bila satu TPS<br />
komplit berharga Rp 2S ribu saja, maka dana yang mesti<br />
dikeluarkan adalah Rp 6,7S miliar. Biaya keamanan pemilu<br />
belum lagi dihitung, tapi jangan khawatir preman tidak<br />
bakal dapat proyek ini. Itu lahan aparat negara yang<br />
paling tahu soal keamanan.<br />
Lahan bisnis lain yang tersedia adalah pengumpulan<br />
dan distribusi data. Yang satu ini jelas butuh teknologi<br />
canggih. Proyeknya cuma bagi mereka yang bergerak<br />
dalam bidang itu. Telkom berada di urutan pertama. BUMN<br />
ini diminta menyedia-kan sarana saluran komunikasi data.<br />
Sebagai penyedia prasarana dan jasa distribusi informasi<br />
ditunjuk PT Asiatel. Perusahaan telekomunikasi yang<br />
berpusat di Hongkong ini mengoperasikan dua jaringan<br />
independen: jasa faksimili, dan voice service network.<br />
Lalu PT Mitra Integrasi Informatika menyediakan program<br />
pengolahan data internal KPU buat keperluan analisis dan<br />
administrasi pemilu. Konsorsium perbankan kebagian<br />
menyediakan perangkat dan jaringan di setiap kabupaten.<br />
Masih dalam soal teknologi informasi pemilu, PT . Praweda<br />
Ciptakarsa Informatika, jagoan teknologi informasi di<br />
<strong>Indonesia</strong>, ditunjuk sebagai konsultan pengintegrasian<br />
Janngan dan sistem penghitungan suara secara on line<br />
dan real time.<br />
Yang menjadi pertanyaan bagaimana mereka yang<br />
terlibat dalam proyek besar pemilu memperoleh order<br />
bisnis? "KPU cuma membuat rancangan. Kalau soal<br />
pengadaan, itu soal pemerintah," jawab Ketua KPU Rudini<br />
tegas. "Cara pelelangannya kan macam-macam. Kebetulan<br />
yang dipilih cara penunjukan langsung, karena<br />
keterbatasan waktu . Tapi semua dilakukan secara fair.<br />
Bila tidak memenuhi syarat, ya dicoret," tambah wakil<br />
Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) itu meyakinkan.<br />
Meskipun sudah cukup fair menurut versi Rudini, dalam<br />
praktiknya sistem penunjukan langsung itu menimbulkan<br />
konflik kepentingan banyak pihak. Yang paling jelas<br />
adalah saat mau mencetak surat suara . Berbagai kepentingan<br />
ikut bermain di sana, termasuk oknum anggota<br />
KPU. Hal itu diakui Adnan Buyung Nasution, pengacara<br />
kondang yang jadi wakil pemerintah di KPU. "Keputusan<br />
untuk mencetak kertas suara, misalnya berapa banyak<br />
yang mesti dicetak, dan berapa percetakan mesti dilibatkan,<br />
memang berubah-ubah. Itu bikin bingung perusahaan<br />
percetakan," tu tur Buyung terus terang. "Ada perusahaan<br />
percetakan yang order cetaknya diubah-ubah karena ada<br />
titipan dari sejumlah anggota KPU. Mereka diduga jadi<br />
beking beberapa perce takan. Ini yang bikin bingung,"<br />
sambung pengacara senior itu cepat.<br />
Soal order cetak-mencetak surat suara ini memang<br />
proyek besar. Betapa tidak! Barang yang mau dicetak itu<br />
413 juta lembar kartu suara . Mulanya akan dicetak di<br />
atas kertas securi ty printing, sehingga tidak mudah<br />
dipalsukan seperti laiknya buku cek, surat saham, uang,<br />
dan sebagainya . "Dengan teknik tertentu setiap upaya