Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
portofolio. Investasi jenis ini cuma bersifat jangka pendek<br />
alias cuma mencari capital gain, dan setiap saat bisa<br />
hengkang dengan meninggalkan pukulan berat di pasar<br />
modal. "Biasanya para hedge fund seperti Soros akan<br />
masuk ke negara bermasalah untuk mencari untung besar<br />
dalam waktu singkat. Oi kala saham-saham di pasar modal<br />
<strong>Indonesia</strong> jatuh, mereka datang. Setelah mendapat<br />
untung, mereka akan cepat pergi mencari negara lain,"<br />
ungkap Managing Oirektur Econit waktu itu Rizal Ramli<br />
dalam diskusi Economic Outlook 2000, 14 Oesember 1999.<br />
<strong>Indonesia</strong>, menurut Rizal, sebetulnya amat butuh penanaman<br />
modal asing (PMA) untuk jangka menengah dan<br />
panJang.<br />
Oi sisi lain bantuan lobi Yahudi terhadap IMF dan<br />
Bank Ounia buat <strong>Indonesia</strong>, tak kunjung kelihatan.<br />
Padahal dengan rencana membuka hubungan dagang<br />
dengan Israel, The Holy Man, gelar dari majalah Newsweek<br />
buat Gus Our, sudah menelan pil pahit di negerinya<br />
sendiri . Oia dianggap mengkhianati pendukungnya yang<br />
sebagian besar umat Islam. Toh IMF tetap memperlakukan<br />
Gus Our seperti para pendahulunya, Soeharto dan<br />
Habibie, dengan Letter of Intent yang detil dan memberatkan.<br />
Bahkan untuk menetapkan tarif dasar listrik dan<br />
BBM pun, kabinet Gus Our masih didikte. Banyak orang<br />
khawatir, Yahudi connection membiarkan Gus Our sendirian<br />
menghadapi masalahnya. Mereka menunggu lebih<br />
banyak pengorbanan budayawan yang amat bersahabat<br />
dengan Israel itu, seperti Anwar Sadat yang akhirnya<br />
ditembak mati oleh tentaranya sendiri .<br />
Bukan tidak mung kin dengan pengalaman mereka<br />
mempecundangi negara lain, bahkan PBB dan AS, Yahudi<br />
connection lebih mampu memanfaatkan Gus Our<br />
(<strong>Indonesia</strong>) daripada sebaliknya. PMA-PMA lama dari AS<br />
dan Eropa yang masuk lewat jalur kolusi-korupsinepotisme<br />
atau yang telah merusak lingkungan, seperti<br />
Freeport, tidak bisa dihukum di sini, karena adanya<br />
hubungan lang sung itu. <strong>Indonesia</strong> jadi ibarat anak kecil<br />
yang mau memancing ikan paus, akhirnya malah ditarik<br />
menuju samudera . Yahudi connection mungkin terlalu<br />
besar buat Gus Our. Kalau saja <strong>Indonesia</strong> mau menjadikan<br />
pengalaman Turki, Mesir dan Yordania yang membina<br />
hubungan dengan Israel lebih dulu sebagai pelajaran,<br />
mung kin keinginan membuka hubungan lang sung akan<br />
surut. Ketiga negara itu bahkan telah berhubungan<br />
diplomatik dengan Israel. Toh aliran modal dan bantuan<br />
lobi Yahudi yang hebat, tidak juga mereka dapatkan.<br />
Negara-negara itu tetap tidak maJu dan dimusuhi<br />
komunitas Yahudi.<br />
Akhirnya tekanan politik internasional terhadap<br />
Pemerintah soal pelanggaran HAM, yang diharapkan bisa<br />
dicabut, terutama di Tim-Tim, ternyata berjalan terus.<br />
Bahkan tidak berkurang. Mereka memperlakukan para<br />
jenderal <strong>Indonesia</strong> yang terlibat, sebagai penjahat<br />
perang, seperti di Yugoslavia dan Rwanda. Lobi Yahudi di<br />
Kongres dan Senat AS rupanya belum berkenan mengurangi<br />
tekanan itu buat Gus Our, sahabat mereka yang<br />
demokratis dan bersahabat.<br />
3. Tekamm Dunia Luar terhadap Gus Dur<br />
Sikap bersahabat Gus Our terhadap kaum Yahudi<br />
dan AS akhirnya memang terbukti tak berbuah manis.<br />
Popularitasnya terus menurun di dalam negeri . Sedang<br />
tekanan dunia luar, terutama AS dan lembaga-Iembaga<br />
yang terkait dengannya tidak berkurang. Mereka terus