26.09.2015 Views

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

harga. Keadaan ini pada gilirannya membuat mereka lebih<br />

suka membidik pasar luar negeri . Indika tornya tak sulit<br />

dicari. Lihat saja misalnya beberapa produk tertentu<br />

seperti Crude Palm Oil (CPO) yang termasuk kategori<br />

sembako . CPO alias minyak mentah sawit, yang menjadi<br />

bahan baku utama minyak goreng penduduk, ini kerap raib<br />

dari pasar.<br />

Harga CPO dunia memang lagi bagus-bagusnya, dan<br />

<strong>Indonesia</strong> sudah pula surplus. Jadi kalau saja pengusaha<br />

cuma mengekspor kelebihan produknya, tentu tak akan<br />

terjadi masalah. Apalagi pemerintah memang membuka<br />

peluang itu agar pengusaha bisa meniyedot US$ dari<br />

mancanegara. Untuk itu pajak ekspor produk CPO, yang<br />

telah berlaku sejak 1994, diturunkan Menteri Keuangan<br />

(Menkeu) saat itu Mar'ie Muhammad pada 14 Juli 1997.<br />

Cuma maksud baik itu kemudian berubah menjadi senjata<br />

makan tuan.<br />

Keputusan pemerintah menurunkan pajak ekspor<br />

CPO tersebut dengan cepat menjadi bumerang, sesuatu<br />

yang di atas kertas boleh dibilang mustahil. Betapa tidak!<br />

Menurut Kabulog waktu itu Beddu Amang, produksi CPO<br />

sampai akhir Desember 1997 sekitar 5,6 juta ton.<br />

Kebutuhan dalam negeri hanya sekitar 2,7 juta ton.<br />

Artinya kebutuhan dalam negeri benar- benar aman. Sejak<br />

1994 pemerintah memang mengenakan pajak ekspor<br />

sebesar 10- 12% buat CPO untuk mengamankan kebutuhan<br />

dalam negeri . Nah karena produksi sudah jauh<br />

melampaui kebutuhan nasional, maka pada 14 Juli 1997<br />

pemerintah memangkas pajak ekspor itu menjadi 5%<br />

untuk CPO, Refined Bleached Palm Oil (RBPO) 4%, Crude<br />

Olein (CRD Olein) 4%, dan RBD Olein 2%. Ini dimaksudkan<br />

agar produsen CPO dapat menikmati bagusnya harga CPO<br />

dunia, sekaligus menyedot devisa dari pasar internasional.<br />

Di luar dugaan, yang terjadi kemudian para produsen<br />

ramai-ramai mengekspor produknya, dan mengabaikan<br />

pasar domestik. CPO yang biasanya berlimpah itu<br />

tiba- tiba raib. Akiba tnya pabrik-pabrik minyak goreng<br />

merintih kesulitan bahan baku. Kelangkaan bahan baku ini<br />

menyebabkan produksi minyak goreng menurun drastis.<br />

Sebagai efek dominonya minyak goreng menjadi sulit<br />

didapat. Kalaupun bisa didapat harganya melambung<br />

tinggi. Harga minyak goreng di dalam negeri yang dulu Rp<br />

1.400jkg lang sung melompat menjadi Rp 2.200.<br />

Kuat dugaan CPO berlari mengejar dolar di pasar<br />

internasional. Maklum harga CPO, yang pada Juli 1997<br />

cuma US$ 516jton, pada Desember 1997 naik menjadi<br />

USS 540jton. Harga itu pun bukan harga mati, sebab<br />

kecendrungannya harga CPO akan meningkat terus. Toh<br />

banyak kalangan merasa sebal terhadap kelakuan para<br />

produsen CPO. Apalagi diketahui mayoritas mereka<br />

merupakan pengusaha besar, yang punya andil gede<br />

menjerumuskan <strong>Indonesia</strong> ke jurang krisis. Lihat saja<br />

daftrar 1.689 perusahaan yang masuk bangsal BPPN<br />

akibat overdosis utang. Menurut Dirut PDBI (Pusat Data<br />

Bisnis <strong>Indonesia</strong>) waktu itu Christianto Wibisono dari<br />

1.689 perusahaan pengutang itu, sebenarnya sekitar 300<br />

bisa dinisbatkan kepada sekitar 30 kelompok usaha besar<br />

alias konglomerat.<br />

Pada saat krisis para pengusaha besar itu tanpa<br />

malu-malu tampil dengan dua wajah. Di satu sisi tampak<br />

memelas dan merengek meminta bantuan pemerintah<br />

untuk menghadapi tuntutan kreditor asing. Di sisi lain<br />

tampil sebagai pedagang besar yang tahu betul di mana<br />

bisa menyedot untung dengan mengekspor CPO secara

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!