26.09.2015 Views

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ahkan aset tambahan. Namun siapa lagi yang mau<br />

berpikir soal holdback asset, bila ada klausul bagus yang<br />

membebaskannya dari itu?<br />

MSAA memang bukan satu-satunya kesepakatan<br />

yang disodorkan BPPN kepada konglomerat kakap pemamah<br />

BLBI. Paralel dengan MSAA telah ditandatangani pula<br />

Master of Refinancing Agreement (MRA) . Empat konglomerat<br />

papan atas menandatanganinya, dan telah pula<br />

menyerahkan sejumlah aset. Usman Admadjaja (Bank<br />

Danamon) yang menerima Rp 12,32 triliun BLBI, misalnya,<br />

menyerahkan 26 aset yang digabung dalam PT Bantala<br />

Kartika Abadi. Kaharuddin Ongko (BUN), yang melahap Rp<br />

7,839 triliun, menyerahkan 20 aset dan disatukan dalam<br />

PT Arya Mustika . Bank Umum Nasional (BUN) yang dimiliki<br />

Bos Hasan dan Kaharuddin Ongko, ka ta sumber di BPPN<br />

waktu itu memang telah dijadikan mesin uang kedua<br />

konglomerat itu lewat orangnya masing-masing. Jadi<br />

mereka berdua harus menanggulangi: Bob lewat MSAA,<br />

dan Kaharuddin lewat MRA. Samadikun Hartono (Bank<br />

Modern) yang memakan Rp 2,663 triliun BLBI menyerahkan<br />

10 asetnya dan digabung dalam PT Cakrawala Gita<br />

Pratama. Lalu Hokiarto, Hokianto (Bank Hokindo) yang<br />

memakai Rp 339 miliar BLBI menyerahkan 12 aset.<br />

Meskipun kedua kesepaka tan itu sama-sama merupakan<br />

skema penyelesaian utang BLBI dengan jaminan<br />

aset, asumsi yang mendasari keduanya amat berbeda.<br />

Menurut sumber di BPPN (kini mantan) MSAA didasari<br />

asumsi bahwa aset-aset yang diserahkan para bankir<br />

tersebut bagus-bagus dan nilainya melebihi utang BLBI.<br />

Sementara skema MRA didasari asumsi bahwa aset-aset<br />

yang diserahkan tidaklah bagus, dan nilainya di bawah<br />

utang BLBI. Akibatnya perlakuan terhadap mereka juga<br />

berbeda. Skema MRA mewajibkan penenggak BLBI itu<br />

untuk menyerahkan jaminan pribadi (personal guarantee),<br />

jika utang BLBI mereka ternyata lebih besar daripada aset<br />

yang diserahkan. Mereka ini berteriak merasa diperlakukan<br />

tidak adil oleh BPPN. Mereka lebih suka bila diizinkan<br />

menyelesaikan utang BLBI lewat skema MSAA.<br />

Tidak kurang galaknya adalah 2S mantan pemegang<br />

saham bank beku kegiatan usaha (BBKU), yang kini<br />

diwajibkan mengikuti struktur penyelesaian kewajiban<br />

pemegang saham (PKPS) . Skema itu memaksa mereka<br />

untuk menyelesaikan kewajibannya dengan uang tunai.<br />

"Seharusnya pemilik BBKU juga mendapat perlakukan yang<br />

sama, yaitu menyelesaikan kewajibannya dengan skema<br />

MSAA," kata pemilik Bank Mashill Philip Widjaja.<br />

Dilihat dari semangatnya, menurut Kwik yang kemudian<br />

kembali ke habitatnya di DPR, MSAA amat menguntungkan<br />

konglomerat perampok uang negara . Meskipun<br />

tak banyak yang mendukungnya di pemerintahan, banyak<br />

orang secara diam-diam membenarkan pandangan kritis<br />

politikus POI Perjuangan itu. Bahkan <strong>Presiden</strong> Abdurrahman<br />

Wahid dan para wakil rakyat akhirnya setuju<br />

meninjau kembali MSAA. Sebelumnya, masih pada tahun<br />

1999, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melaporkan<br />

adanya kejanggalan dalam MSAA tersebut, tetapi tidak<br />

mendapat tanggapan berarti. Pandangan Kwik sendiri soal<br />

MSAA pada dasarnya tidaklah berbeda jauh dari<br />

pandangan Econit. Menurut Econit, yang dinakhodai Rizal<br />

Ramli sebelum menjadi Menko Perekonomian itu, setidaknya<br />

ada 6 kelemahan MSAA. Pertama, kesepaka tan<br />

tersebut membebaskan debitur dari tindakan pidana yang<br />

telah mereka lakukan (release & discharge), seperti<br />

pelanggaran batas maksimum pemberian kredit (BMPK).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!