Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
turisasi dan privatisasi yang dilakukannya boleh dibilang<br />
brilian. "Meskipun ada konsekuensi dengan lambatnya<br />
jadwal privatisasi. Itu wajar, karena harus melewati<br />
proses due diligence, pemeriksaan akuntan, konsultan,<br />
dan lain-lain. Tapi hasil dari proses ini bisa kita lihat<br />
dengan tingginya harga jual BUMN yang diprivatisasi,"<br />
jawab Anwar cepat ketika ditanyakan masalah itu. Keberhasilan<br />
Tanri dalam merestrukturisasi dan memprivatisasi<br />
BUMN itulah, kata banyak kalangan, pada gilirannya<br />
berakibat pada menguatnya nilai Rp terhadap USS dan<br />
membaiknya IHSG. Kepiawaiannya membenahi BUMN dan<br />
menjadikannya pemain di pasar modal telah membuat<br />
pasar modal bergerak, dan investor masuk ke <strong>Indonesia</strong>.<br />
Sekadar menyebut sebagian indikator saja, dalam<br />
waktu sekitar 6-7 bulan, dari Oktober 1998 sampai April<br />
1999, Tanri berhasil menyetor ke kas negara sebesar USS<br />
1,035 miliar atau Rp 10 triliun lebih dengan kurs Rp 10<br />
ribu/US$. Tangan dingin, pengalaman dan kemampuan<br />
manajemennya berhasil membenahi perusahaanperusahaan<br />
plat merah itu, sehingga menjadi menarik<br />
buat investor. Itu pada gilirannya ikut mengerek nilai<br />
perusahaan, sehingga bisa dijual dengan harga yang<br />
bagus.<br />
Sebagai bukti bisa kita lihat misalnya penawaran<br />
14% saham semen Gresik, salah satu perusahaan BUMN<br />
yang telah dibenahinya. Penjualan itu berhasil menjaring<br />
Cemex sebagai partner stra tegis, sekaligus menyedot<br />
dana segar USS 122, 1 juta atau Rp 1,379 triliun lebih<br />
dengan kurs waktu itu. Saham Indofood, yang dijual<br />
dalam dua termin di pasar modal (Januari dan April 1999),<br />
menghasilkan USS 115 juta atau Rp 1 triliun lebih. Pelindo<br />
II, yang dijual kepada mitra stra tegis menghasilkan USS<br />
215 juta atau Rp 1,892 triliun. Sedangkan Pelindo III yang<br />
juga dijual kepada mitra stra tegis menghasilkan USS 174<br />
juta atau Rp 1,508 triliun. Sementara 9,62% saham<br />
Telkom yang dijual lewat pasar modal menghasilkan USS<br />
409 juta atau Rp 3,277 triliun. Tidak heran bila Kabinet<br />
Reformasi Habibie, meskipun selama 512 hari kekuasaannya<br />
terus digoyang, berhasil melunakkan dolar dari Rp<br />
15 - 17 ribu/USS saat memulai pemerintahan menjadi Rp<br />
6.700/USS saat dia mengakhirinya. Di sisi lain indeks<br />
harga saham gabungan (IHSG) di pasar modal yang<br />
semula sudah anjlok ke level 300 berhasil dikereknya ke<br />
level 700. Bukan tidak mungkin bila Kabinet Reformasi<br />
mendapat perpanjangan waktu, atau setidaknya master<br />
plan dan program-program yang telah dicanangkan Tanri<br />
dilanjutkan, privatisasi BUMN bisa berjalan lebih baik.<br />
Sebenarnya Tanri memang bukan orang pertama yang<br />
melakukan restrukturisasi BUMN. Sebelum krisis<br />
meluluh-Iantakkan perekonomian <strong>Indonesia</strong>, rezim orba di<br />
bawah Soeharto telah melakukan dua kali restrukturisasi<br />
BUMN untuk memperbaiki kinerjanya yang buruk. Yang<br />
pertama terjadi pada awal-awal pemerintahan Soeharto<br />
sampai 1973. Yang kedua dilakukan pada 1989. Namun<br />
restrukturisasi BUMN harus diakui baru mendapatkan<br />
bentuknya yang paling sempurna dan komprehensif pada<br />
saat Menneg BUMN berada di bawah Tanri. Keberhasilan<br />
itu pada gilirannya kembali mempertegas kredibelitasnya<br />
sebagai manajer jempolan yang telah diakui dunia ..<br />
Upaya pemberdayaan BUMN di bawah Tanri dikenal<br />
dengan nama Program Reformasi BUMN. Program itu dibagi<br />
dua tahap. Pada tahap pertama, Menneg BUMN mencanangkan<br />
tindakan cepat yang harus diambil untuk memperbaiki<br />
kinerja, tanpa menyentuh aspek fundamental