Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia - Biar sejarah yang bicara
- No tags were found...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
adalah pemberdayaan pengusaha-pengusaha kecil. Nah,<br />
titik tolak pemberdayaan itu hanya ada dua: pertama,<br />
SDM yang menggerakkan bisnis itu. Kedua, menyangkut<br />
darahnya atau aspek permodalan. Dalam hal ini bagaimana<br />
perbankan menyalurkan dananya kepada pengusaha<br />
kecil. Ekonomi kerakyatan bisa dilakukan dengan kemitraan.<br />
Jadi saya kira tidak akan terjadi pemangkasan bisnis<br />
pengusaha-pengusaha besar," ka ta Franky berteori saat<br />
ditemui penulis di Unika Atma Jaya dalam acara Seminar<br />
Kajian Kritis Atas Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli<br />
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.<br />
Franky cuma menyayangkan bila program ekonomi<br />
kerakyatan cuma bersifat charity (sumbangan). Sebab<br />
dengan cara itu di samping akan menimbulkan ketergantungan<br />
pengusaha kecil dan koperasi kepada pengusaha<br />
besar, program itu pun akan bersifat never ending.<br />
Akibatnya semua pengusaha tidak bakal ada yang<br />
mampu, karena sifatnya charity. Jadi sama saja dengan<br />
membuang air tawar di laut, air laut itu tidak akan tawar<br />
juga. ISM sendiri, menurut pria berambut panjang itu,<br />
sudah melaksanakan program ekonomi kerakyatan dengan<br />
menggandeng pengusaha kecil sebagai mitra .<br />
Franky tentu tidak mengada-ada. ISM dan banyak<br />
perusahaan besar lain membuat program kemitraan<br />
dengan pengusaha kecil menengah. Ada yang sukses dan<br />
kemudian menjadi besar. Ada pula yang gagal ataumalah<br />
akhirnya setelah sekian lama bermitra dicaplok sang mitra<br />
besarnya. Contoh paling jelas tentu saja Kecap Cap Piring<br />
Lombok. Brand kecap milik pengusaha kecil-menengah,<br />
yang sudah dikenal masyarakat ini, telah masuk program<br />
kemitraan dengan Indofood. Dalam perjalanan waktu sang<br />
mitra besar terus mengajaknya berekspansi sampai kehabisan<br />
nafas. Kini Kecap Cap Plnng Lombok masih eksis<br />
dipasar. Cuma dalam iklan di televisi menjadi persembahan<br />
Indofood.<br />
Meski mendapat tantangan dari segala arah, termasuk<br />
IMF, Menkop/PKM terus menggerakkan lokomo tif<br />
ekonomi kerakyatannya. Dia bahkan melengkapi prasarananya<br />
dengan memfasilitasi pembentukan Pos Ekonomi<br />
Rakyat (PER) bekerjasama dengan Departemen Dalam<br />
Negeri. PER akan didirikan secara mara ton di 4.721<br />
Kecamatan di seluruh <strong>Indonesia</strong>. Tugasnya membantu<br />
pengusaha kecil dan koperasi melalui pemanfaatan jaringan<br />
informasi. PER, kata (mantan) Dirjen Bina Pengusaha<br />
Kecil-Menengah Cacuk Sudarijanto, merupakan pengembangan<br />
lebih lanjut dari klinik konsultasi bisnis (KKB) yang<br />
dulunya dikembangkan Perguruan Tinggi. Organisasi ini<br />
diarahkan menjadi jaringan informasi modern mulai dari<br />
Kecamatan, Dati II, Propinsi, dan Pusat. Pemerintah,<br />
menurut Cacuk, hanya membiayai PER tingkat Pusat,<br />
Propinsi, dan Dati II. Sedang PER yang di tingkat kecamatan<br />
merupakan swadaya masyarakat.<br />
Kegiatan PER di tingkat Kecamatan meliputi pelayanan<br />
informasi, pelayanan usaha, pendidikan, dan pelatihan.<br />
Minat masyarakat untuk mendirikan PER, ka ta Cacuk,<br />
cukup tinggi. Sampai bulan Juni 1998 diperkirakan akan<br />
ada 1.590 PER, sampai Desember akan bertambah 1.050<br />
unit lagi, dan sampai Maret 2000 akan bertambah seribu<br />
unit lagi. PER Dati II akan menjadi pusat promosi untuk<br />
mengundang investor. Sementara PER Propinsi berfungsi<br />
sebagai trading house untuk perluasan produk-produk<br />
unggulan daerah. Terakhir PER tingkat Pusat melakukan<br />
advokasi, dan mengembangkan kerjasama dengan badanbadan<br />
internasional yang memiliki komitmen dalam