02.07.2013 Views

SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2

SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2

SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

tergambarkan bagaimana kasih seorang ibu terhadap putranya yang<br />

sekarat bahkan telah meninggal dunia dalam pangkuannya. Setiap karya<br />

seni dibuat senimannya tentu dengan menyelipkan suatu ‘rasa’ ke<br />

dalamnya. Rasa tersebut dapat bermacam-macam, mungkin hal ini<br />

setara dengan ekspresi yang dimaksud oleh Herbert Read. Kemampuan<br />

mengungkapkan rasa yang ingin disampaikan oleh sang seniman<br />

tergantung dari kemampuannya mengelola unsur seni rupa serta<br />

menguasai penggunaan bahannya. Mengelola unsur seni rupa<br />

maksudnya adalah bagaimana sang seniman mampu menggunakan<br />

karakter unsur seperti garis, bentuk, warna, <strong>dan</strong> tekstur untuk mewakili<br />

persaannya. Selanjutnya bagaimana kemampuan seniman<br />

menghubungkan kemampuan tekniknya menggunakan alat <strong>dan</strong> bahan<br />

dengan karakter unsur sebagai wakil dari perasaannya. Keberhasilannya<br />

adalah terletak dari hubungan kedua aspek ini.<br />

Selain kondisi emosi, pendapat kritikus tentang seorang seniman <strong>dan</strong><br />

karyanya sangat berpengaruh terhadap sikap kita dalam melakukan<br />

apresiasi terhadap suatu karya seni. Tidak ada rumus yang paling tepat<br />

dalam menentukan kualitas baik buruknya karya seni, biasanya orang<br />

cenderung memberi respon negatif terhadap sebuah karya seni yang<br />

baru <strong>dan</strong> kreatif. Hal ini memerlukan waktu, setelah sekian lama,<br />

kemampuan masyarakat meningkat dalam melakukan apresiasi maka<br />

karya seni ang kreatif itu akan diterima oleh masyarakat luas. Contohnya<br />

kasus Van Gogh <strong>dan</strong> Jackson Polock, masyarakat kebanyakan bahkan<br />

masyarakat penikmat senipun terka<strong>dan</strong>g meman<strong>dan</strong>g karya mereka tidak<br />

bermutu karena keluar dari standar yang se<strong>dan</strong>g berlaku di masyarakat.<br />

Dalam hal ini peran kritikus seni rupa sangat penting untuk mendidik <strong>dan</strong><br />

meningkatkan kemampuan masyarakat melakukan apresiasi dengan<br />

memberi penjelasan tentang nilai-nilai yang disampaikan oleh seorang<br />

seniman kreatif. Dengan demikian peran kritkus seni sangat menentukan<br />

perkembangan apresiasi masyarakat terhadap karya seni. Namun<br />

demikian, ada pula sisi negatifnya ketika seorang kritikus berkolaborasi<br />

dengan seniman <strong>dan</strong> kolektor, pendapat sang kolektor dapat menjadi<br />

tidak obyektif. Dapat terjadi pula ketika seorang kritikus menjadi<br />

komersial dengan memasang tarif tinggi kepada sang seniman untuk<br />

diangkat karyanya di media masa. Untuk itu, kejujuran dalam<br />

mengungkap kebenaran, ketulusan, <strong>dan</strong> kualitas karya seni rupa menjadi<br />

sangat penting bagi semua pihak yang mencintai dunia seni yang<br />

bermutu.<br />

Tataran selanjutnya dalam melakukan apresiasi seni menurut Zelanski<br />

adalah keahlian teknik <strong>dan</strong> desain yang ditampilkan oleh seniman. Hal ini<br />

dibahas dalam bab 3 tentang teknik <strong>dan</strong> bahan, <strong>dan</strong> bab 4 tentang<br />

kepekaan estetik. Untuk melakukan apresiasi terhadap sebuah karya seni<br />

rupa pengetahuan tentang teknik <strong>dan</strong> utamanya tentang kepekaan estetik<br />

408

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!