SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
erasal dari sebuah sketsa yang sangat sederhana (gb. 223 a). Dari<br />
sketsa yang sederhana tersebut kemudian dikembangkan menjadi model<br />
dari tanah liat, setelah modelnya sempurna lalu dibuat cetakannya. Jadi,<br />
sketsa berupa gagasan kreatif yang sepintas melintas di benak ditangkap<br />
<strong>dan</strong> dituangkan secara visual. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan<br />
membuat sketsa sangat penting dalam dunia seni rupa terutama yang<br />
membutuhkan perencanaan matang seperti seni patung patung, grafis<br />
komunikasi, seni kriya, <strong>dan</strong> desain untuk benda-benda indutri.<br />
a b<br />
Gambar 223. Aguste Rodin, The Gate of Hell (sumber: Paul Zelanski)<br />
d. Sketsa sebagai seni sketsa<br />
Sketsa sebagai sebuah seni tidak memerlukan ketepatan bentuk,<br />
namun yang dipentingkan adalah ungkapan estetik berdasarkan<br />
rangsang visual dari obyek yang diperhatikan. Jadi dalam hal ini<br />
membuat sketsa hampir sama dengan melukis secara spontan yang<br />
dibatasi dengan goresan-goresan yang esensial saja. Oleh karena itu<br />
kemampuan yang dibutuhkan adalah menangkap hal yang esensial dari<br />
sebuah obyek. Sebuah obyek tegak dapat pula diungkapkan dengan<br />
garis meliuk, atau miring. Hal ini tergantung dari suasana batin sang<br />
perupa dalam mengungkapkannya secara visual <strong>dan</strong> nilai estetik yang<br />
dianutnya. Pada gambar 185, Nyoman Gunarsa lebih banyak bekerja di<br />
studio, bentuk-bentuk yang dibuatnya lebih banyak berupa pengalaman<br />
tentang seni budaya Bali sebagai lingkungan budayanya. Oleh sebab itu<br />
292