SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Dalam uraian menggambar lebih menggunakan pendekatan tematik,<br />
seperti menggambar alam benda, menggambar tumbuh-tumbuhan <strong>dan</strong><br />
binatang, menggambar manusia, menggambar huruf, <strong>dan</strong> menggambar<br />
ilustrasi. Khusus menggambar perspektif <strong>dan</strong> proyeksi diuraikan dasardasarnya<br />
untuk memberi bekal dasar bagi siswa yang senang untuk<br />
meniti profesi sebagai pelukis peman<strong>dan</strong>gan, pematung, <strong>dan</strong> desainer<br />
iindustri kerajinan. Selanjutnya untuk bagian membentuk tiga dimensional<br />
baru sebatas membentuk dengan bahan kertas <strong>dan</strong> tanah liat dengan<br />
beberapa jenis keteknikannya. Bahan tiga dimensi lainnya belum dibahas<br />
secara lengkap.<br />
Seorang seniman yang baik biasanya memiliki kemampuan kreativitas<br />
yang tinggi, tanpa kemampuan kreatif seorang seniman akan mandeg.<br />
Jadi kreativitas mutlak perlu dalam bi<strong>dan</strong>g kesenian. Untuk itu apabila<br />
diperhatikan, dalam bab VI diuraikan pengetahuan tentang kreativitas,<br />
ditampilkan tentang contoh-contoh seniman berhasil karena kreatif, serta<br />
contoh-contoh dalam mengembangkan kemampuan kreativitas seni rupa<br />
serta latihan mengembangkan kemampuan kreatif menciptakan bentukbentuk<br />
baru. Ada beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai obyek<br />
untuk berkreasi, kreatif dalam bi<strong>dan</strong>g seni rupa dapat pada aspek<br />
bahannya, bentuknya, warnanya, komposisinya, temanya. Biasanya jika<br />
tema konsepnya kreatif, aspek-aspek lainnya akan mengikuti. Misalnya<br />
Picasso, adalah seniman seni rupa yang kreatif dalam konsep <strong>dan</strong> aspekaspek<br />
hasil karya lainnya juga menjadi kreatif. Ketika ia dalam konsep<br />
periode biru, warna-warna lukisannya menggunakan dominan warna biru<br />
<strong>dan</strong> itu menjadi ciri khas lukisannya, begitu pula ketika konsepnya pindah<br />
ke periode pink, warna lukisannya menggunakan dominan warna pink.<br />
Lalu ia pindah ke konsep analisis bentuk, bentuk-bentuk lukisannya<br />
berubah menjadi kubisme. Jadi konsep bagi seorang seniman seni rupa<br />
merupakan hasil perenungan kreatifnya, ia bagaikan seorang filusuf<br />
untuk selalu merenung <strong>dan</strong> mengungkapkan kebenaran tentang<br />
fenomena yang ada di alam ini. Seniman seharusnya tidak berhenti pada<br />
tataran estetik dalam berkarya, ia dapat melanjutkannya ketataran<br />
filosofis sehingga dapat memperkaya konsep-konsep berkesenian.<br />
Seorang seniman tidak hanya mampu berkarya, ia perlu juga secara<br />
kritis melakukan analisis, minimal kepada karyanya sendiri. Hal ini<br />
diuraikan dalam bab VII yang bertujuan memberi bekal kemampuan<br />
melakukan analisis secara sistematik ketika melihat karya seni rupa<br />
kepada calon seniman. Hal ini juga bertujuan meningkatkan kepekaan<br />
estetik sehingga dapat mempengaruhi perkembangan dalam<br />
menciptakan karya seni rupa. Akhirnya dalam bab VIII ini merupakan<br />
ringkasan dari seluruh isi buku.<br />
438