SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
SENI RUPA Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif JILID 2
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
3) Karya Frontal<br />
Kata 'frontal' berasal dari bahasa Inggris yang berarti dari, pada atau<br />
di garis depan. Jenis karya tiga dimensional ini sengaja dirancang untuk<br />
dilihat hanya dari pan<strong>dan</strong>gan depan. Wujudnya tiga dimensional penuh<br />
<strong>dan</strong> dapat dilihat dari segala arah.Hal ini berbeda dengan relief yang<br />
hanya dapat dilihat dari pan<strong>dan</strong>gan depan saja karena menempel pada<br />
dinding. Ukuran jenis karya ini tidak besar misaInya cincin, gelang<br />
tangan, kalung <strong>dan</strong> beberapa karya seni rupa dari bahan gelas <strong>dan</strong> kayu.<br />
Karena dilihat dari satu bagian depan saja maka fokus pengerjaan <strong>dan</strong><br />
perhatian kita tercurah pada bagian tersebut. Misalnya sebuah cincin<br />
tidak mungkin fokus perhatian kita ditempatkan pada bagian belakang,<br />
karena fungsinya tidak memungkinkan untuk itu.<br />
Banyak karya patung zaman dahulu yang digunakan sebagai media<br />
pemujaan antara lain berwujud karya frontal karena hanya dilihat dari<br />
pan<strong>dan</strong>gan depan. Hal ini mungkin berhubungan dengan fungsinya,<br />
bahwa patung merupakan media berupa simbolisasi dari kemahakuasaan<br />
Tuhan yang divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensional sebagai<br />
wujud dewa yang fisiknya mirip manusia. Ketika para pemuja melakukan<br />
pemujaan seakan berhadapan dengan dewa yang dimaksud. Oleh<br />
karena itu bagian belakangnya patung tidak berfungsi. Begitu pula<br />
dengan seni sesaji, pembuatan bagian depan mendapat perhatian lebih<br />
besar (gb. 271b).<br />
a b<br />
Gambar 271. Senmut dengan putrinya, Mesir Kuno 1450 Sebelum Masehi (sumber: Paul<br />
Zelanski), Ardhnareswari, Unsur sesaji Bali (foto: Agung Suryahadi).<br />
356