20.01.2015 Views

Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP

Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP

Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Media</strong> di Sulawesi Tengah, Maluku Utara <strong>dan</strong> Maluku<br />

Amerika Serikat atau Canada Broadcasting<br />

Authority (CBA).<br />

KPI berwenang menetapkan standar<br />

program siaran, menyusun pedoman <strong>dan</strong><br />

menetapkan pelaksanaannya. KPI juga dapat<br />

menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran<br />

peraturan <strong>dan</strong> pedoman perilaku penyiaran<br />

serta standar program siaran. KPI dibentuk di<br />

pusat <strong>dan</strong> daerah tingkat satu. Anggota KPI<br />

Pusat berjumlah sembilan orang yang dipilih<br />

oleh DPR <strong>dan</strong> dikukuhkan oleh Presiden.<br />

2.3 Organisasi <strong>dan</strong> Perkumpulan Pers<br />

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) -<br />

PWI dibentuk pada bulan Februari 1946 <strong>dan</strong><br />

merupakan perkumpulan wartawan tertua di<br />

Indonesia. Selama era Orde Baru (hingga tahun<br />

1998), PWI adalah satu-satunya perkumpulan<br />

wartawan. Pada saat itu, semua wartawan<br />

diwajibkan menjadi anggota PWI. Jika tidak,<br />

maka wartawan dilarang bekerja. Selain itu,<br />

semua pemimpin redaksi di Indonesia<br />

diharuskan menjadi anggota PWI. Dulu PWI<br />

bekerjasama dengan pemerintah Orde Baru<br />

<strong>dalam</strong> mengidentifikasi wartawan-wartawan<br />

yang kritis.<br />

Hingga tahun 2002, jumlah anggota PWI<br />

mencapai 11.212 wartawan yang berasal dari<br />

berbagai media. Sekarang ini PWI memiliki 27<br />

cabang di tingkat provinsi <strong>dan</strong> 69 perwakilan<br />

di tingkat kabupaten di seluruh Indonesia.<br />

Meski memiliki banyak anggota, banyak<br />

diantaranya nonaktif. Citra PWI dilaporkan<br />

kurang begitu bagus, terutama di mata generasi<br />

wartawan muda. PWI mengadakan kegiatankegiatan<br />

seperti pelatihan bagi wartawan <strong>dan</strong><br />

lomba menulis, serta acara-acara olah raga <strong>dan</strong><br />

kesenian.<br />

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) - Aliansi<br />

Jurnalis Independen (AJI) dibentuk sebagai<br />

tandingan PWI. AJI dibentuk pada bulan<br />

Desember 1994 menyusul dibredelnya tiga<br />

media (Editor, Tempo, <strong>dan</strong> Detik) di masa<br />

pemerintahan Soeharto. Pada bulan Oktober<br />

1995, AJI secara resmi diterima sebagai<br />

anggota International Federation of Journalists<br />

(IFJ).<br />

Selama era Orde Baru, AJI bergerak di<br />

bawah tanah karena pemerintah tidak<br />

mengakuinya sebagai suatu lembaga.<br />

Wartawan yang diketahui berafiliasi dengan<br />

AJI dikeluarkan dari media. Departemen<br />

Penerangan kala itu mengeluarkan instruksi<br />

kepada para pemimpin redaksi untuk<br />

memberhentikan wartawan yang terlibat<br />

dengan AJI. Oleh karena itu, selama Orde Baru<br />

AJI lebih merupakan gerakan oposisi terhadap<br />

penguasa daripada sebuah organisasi profesi.<br />

AJI menyelenggarakan diskusi <strong>dan</strong> seminar<br />

tentang perjuangan pers, pelatihan profesi<br />

kewartawanan, kegiatan mahasiswa <strong>dan</strong><br />

prodemokrasi, <strong>dan</strong> mndukung dilakukannya<br />

penelitian tentang pers <strong>dan</strong> menerbitkan bukubuku<br />

mengenainya.<br />

Setelah Orde Baru berakhir pada tahun<br />

1999, AJI tampil sebagai organisasi yang<br />

murni bersifat profesi. Kegiatan AJI saat ini<br />

adalah pelatihan bagi wartawan <strong>dan</strong> advokasi<br />

melawan kekerasan <strong>dan</strong> tindak perlakuan salah<br />

terhadap media. Advokasi lainya adalah<br />

memberi bantuan <strong>dan</strong> perlindungan kepada<br />

wartawan yang berada di bawah ancaman. AJI<br />

juga mengkampanyekan anti suap di kalangan<br />

media <strong>dan</strong> pengembangan serikat pekerja di<br />

perusahaan-perusahaan media. Jumlah<br />

anggotanya tidak sebesar PWI, tetapi mereka<br />

dikenal bersikap lebih proaktif.<br />

Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional<br />

Indonesia (PRSSNI) - PRSSNI merupakan<br />

perkumpulan radio-radio swasta (komersial) di<br />

Indonesia. Organisasi ini didirikan pada masa<br />

Orde Baru pada tahun 1974, <strong>dan</strong> waktu itu<br />

merupakan satu-satunya wadah bagi radioradio<br />

swasta. Sekarang ini dilaporkan terdapat<br />

sekitar 1.200 radio siaran swasta di Indonesia<br />

<strong>dan</strong> hingga tahun 2003, 816 diantaranya<br />

menjadi anggota PRSSNI. Pengurus pusat<br />

adal di Jakarta dengan cabang-cabang di<br />

daerah. PRSSNI mengadakan pelatihan bagi<br />

anggota, menyelenggarakan database, <strong>dan</strong><br />

berupaya meningkatkan sumber daya <strong>dan</strong><br />

kemampuan radio swasta.<br />

Asosiasi Radio Siaran Swasta Indonesia<br />

(ARSSI) - ARSSI berdiri pada tahun 1999<br />

setelah masa Orde Baru berakhir <strong>dan</strong> ketika<br />

radio tidak lagi wajib menjadi anggota<br />

PRSSNI. Hanya saja informasi mengenai<br />

kegiatan <strong>dan</strong> jumlah anggotanya sangat sedikit.<br />

Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) - SPS<br />

adalah serikat penerbit suratkabar di Indonesia.<br />

Organisasi ini berdiri pada tahun 1946. SPS<br />

mewakili kepentingan suratkabar termasuk<br />

masalah yang berkaitan dengan harga, suplai<br />

kertas, <strong>dan</strong> perpajakan. SPS juga<br />

13

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!