20.01.2015 Views

Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP

Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP

Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Media</strong> di Sulawesi Tengah, Maluku Utara <strong>dan</strong> Maluku<br />

perubahan besar. Tekanan publik yang jenuh<br />

dengan berita-berita konflik memicu redaksi<br />

media umum untuk mengubah fokus berita.<br />

Seperti dikatakan Ariyanto Sangaji, aktivis<br />

Yayasan Tanah Merdeka (YTM) Sulawesi<br />

Tengah:<br />

“Untuk resolusi konflik Poso, pada masamasa<br />

awal konflik media cenderung menjadi<br />

sangat tidak berimbang… Pemberitaannya<br />

tidak menerapkan prinsip-prinsip<br />

jurnalisme. Tapi setelah lima tahun terakhir<br />

ada perkembangan yang luar biasa”<br />

Umumnya, pengelola media Sulawesi<br />

Tengah berupaya memperketat kebijakan<br />

redaksinya, namun disisi lain wartawanwartawan<br />

yang berhadapan langsung dengan<br />

sumber <strong>dan</strong> fakta lapangan mengalami masalah<br />

cukup besar untuk selalu memunculkan berita<br />

yang berimbang, benar, <strong>dan</strong> terverifikasi.<br />

Sikap redaksi media umumnya berbedabeda.<br />

Redaksi suratkabar mingguan MAL<br />

lebih memilih mengambil alih pekerjaan<br />

wartawan bersangkutan untuk menjaga<br />

reputasi. MAL diuntungkan karena terbit<br />

mingguan. <strong>Media</strong> lainnya memilih tetap<br />

menurunkan berita itu dengan pertimbangan<br />

verifikasi bisa dilakukan keesokan harinya.<br />

Yan Patris Binela, seorang pendeta di Tentena,<br />

menceritakan bagaimana isu pengkotakan<br />

agama dengan cepat tersiar saat media<br />

menurunkan berita yang tidak melalui<br />

verifikasi. Namun <strong>dalam</strong> kurun dua tahun ini,<br />

ia menilai media memperlihatkan perubahan<br />

fokus berita:<br />

“Saya kira nanti tahun 2002 hingga 2004<br />

pemberitaan mereka baru terasa berimbang<br />

<strong>dalam</strong> memberitakan kasus Poso. Meski<br />

seringkali berita yanga disajikan tidak<br />

menyentuh akar permasalahan” 28<br />

Meski banyak media tidak lagi<br />

mengangkat permasalahan-permasalahan<br />

konflik karena rendahnya profesionalisme,<br />

kecenderungan untuk menurunkan berita<br />

bombastis terlihat jelas <strong>dalam</strong> berita-berita<br />

kriminal. Seringkali media mengangkat berita<br />

kriminalitas untuk mendongrak tiras. Soraya,<br />

aktivis KPKP-ST, 29 mengatakan suratkabar di<br />

Sulawesi Tengah lebih terfokus pada tindak<br />

kriminal yang menimpa perempuan, seperti<br />

28 Wawancara dengan Yan Patris Binela, pendeta di<br />

Tentena, 28 Mei 2004.<br />

29<br />

KPKP-ST: Kelompok Perjuangan Kesetaraan<br />

Perempuan-Sulawesi Tengah.<br />

pemerkosaan, <strong>dan</strong> mengeksploitasinya terus<br />

menerus. Tak ada perlindungan atas identitas<br />

korban. 30<br />

Tidak seperti media cetak, tingkat<br />

intervensi pemilik <strong>dalam</strong> urusan keredaksian di<br />

radio siaran tidak begitu besar. Radio siaran di<br />

Palu lebih banyak menyajikan hiburan (sedikit<br />

berita, banyak hiburan <strong>dan</strong> musik), meski ada<br />

juga yang memancarluaskan berita, yang<br />

seringkali di-relay dari jaringan internasional<br />

atau Jakarta. Hanya saja, jangkauan siaran<br />

seringkali terhambat karena faktor geografis<br />

<strong>dan</strong> perlengkapan siaran yang kurang layak. 31<br />

Radio tampaknya merupakan media yang<br />

paling berpengaruh selama masa konflik.<br />

Berita dapat disebarluaskan secara cepat, meski<br />

isi beritanya lebih sulit untuk dikontrol oleh<br />

redaktur sehingga standar profesionalisme<br />

tidak selalu baik. Pada masa konflik mereda,<br />

informasi yang terkumpul mengindikasikan<br />

bahwa masyarakat lebih suka mendengar radio<br />

yang lebih banyak menyiarkan hiburan<br />

dibanding berita.<br />

Meskipun begitu, radio-radio siaran di<br />

Sulawesi Tengah tampaknya berupaya untuk<br />

merubah citra <strong>dan</strong> meningkatkan minat<br />

terhadap program-program berita. Sebagai<br />

contoh, Radio Nebula memancarluaskan berita<br />

lokal selama 30 menit sehari, sementara<br />

sisanya adalah program-program yang direlay.<br />

Radio Nugraha mengalokasikan 20 menit<br />

untuk program lokal, meskipun isinya lebih<br />

banyak mengutip berita dari suratkabarsuratkabar<br />

lokal. Biaya produksi yang besarnya<br />

sekitar Rp 10 juta per bulan (Rp 5,5 juta untuk<br />

gaji, sisanya biaya operasional) tampaknya<br />

menjadi momok bagi radio-radio siaran untuk<br />

memproduksi berita mereka sendiri. Menurut<br />

laporan, satu-satunya radio siaran yang<br />

memiliki program berita jangka panjang di<br />

Sulawesi Tengah adalah RRI. Programa 1, 2, 3<br />

memiliki jangkauan siar yang luas <strong>dan</strong> RRI<br />

memiliki perlengkapan operasional yang<br />

memadai. 32<br />

Internews <strong>dan</strong> Common Ground adalah<br />

dua LSM internasional yang bekerjasama<br />

dengan radio siaran di Sulawesi. Mereka<br />

30 Wawancara dengan Soraya Sultan, direktur KPKP-<br />

ST.<br />

31 Lihat Lampiran 8 (Aspek Operasional <strong>Media</strong> Siaran<br />

di Sulawesi Tengah).<br />

32 Lihat Lampiran 6 <strong>dan</strong> 8.<br />

21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!