Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP
Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP
Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Media</strong> di Sulawesi Tengah, Maluku Utara <strong>dan</strong> Maluku<br />
Hubungan adat ini melancarkan koordinasi <strong>dan</strong><br />
komunikasi antartokoh masyarakat, terutama<br />
pada saat terjadi ketegangan. 69 Sebagai contoh,<br />
pada saat kerusuhan terkini pada bulan April<br />
2004, tokoh-tokoh masyarakat dari Desa Passo<br />
<strong>dan</strong> Desa Batumerah, yang memiliki hubungan<br />
pela, berkomunikasi secara langsung untuk<br />
menghindari perluasan ketegangan <strong>dalam</strong><br />
masyarakat mereka. Seperti diutarakan<br />
Theresia Maitimu:<br />
“Jika permasalahan mengenai kedua desa<br />
ini diangkat, kami langsung dapat<br />
menanganinya, sehingga tidak terjadi tindak<br />
kekerasan”<br />
Masyarakat di Maluku juga melaksanakan<br />
upacara-upacara adat yang berhubungan<br />
dengan persekutuan pela gandong seperti<br />
‘panas pela’ (menghangatkan pela). Hanya<br />
saja, upacara-upacara ini kurang dikenal oleh<br />
kalangan pemuda <strong>dan</strong> dianggap kaku <strong>dan</strong> tidak<br />
populer. Kalangan pemuda tampaknya lebih<br />
menyukai budaya populer umum <strong>dan</strong><br />
pertunjukan komersial.<br />
Sebelum tahun 1980an, kepala desa<br />
menurut adat Maluku Tengah mengemban<br />
peran sebagai ‘rajah’. Pemerintah lantas<br />
memberlakukan UU No. 5 tahun 1979 tentang<br />
Pemerintahan Desa yang menetapkan bahwa<br />
semua desa di Indonesia akan mengadopsi desa<br />
di Pulau Jawa yang dikepalai seorang kepala<br />
desa. Dalam beberapa kasus, seperti di Desa<br />
Passo, kepala desa merangkap sebagai rajah,<br />
tetapi ini tidak selalu demikian. Selain itu ada<br />
‘latupati’, tokoh adat yang menaungi beberapa<br />
desa sekaligus. Jika kepala desa diangkat oleh<br />
pemerintah, maka tidak demikian halnya<br />
dengan rajah atau latupati. Dalam hal ini,<br />
otoritas terka<strong>dan</strong>g bertindak sebagai aparat<br />
pemerintah yang melantik pimpinan daerah<br />
<strong>dan</strong> dengan demikian struktur adat <strong>dan</strong><br />
69<br />
Pela <strong>dan</strong> pela gandong adalah persekutuan,<br />
hubungan <strong>dan</strong> upacara-upacara terkait antara desa-desa<br />
Muslim <strong>dan</strong> Kristiani di Ambon <strong>dan</strong> Maluku Tengah.<br />
Konon upacara pela gandong diambil dari kisah Desa<br />
Passo yang berada di bawah Kesultanan Ternate.<br />
Alkisah, dahulu kala sebuah utusan dari Desa Passo<br />
tengah melakukan perjalanan laut untuk membayar<br />
upeti kepada Kesultanan Ternate (Maluku Utara). Tak<br />
dinyana, kapal mereka amblas <strong>dan</strong> hanyut di sebuah<br />
pulau bernama Tanjung Pela (pela berarti suci). Di<br />
sana mereka menyatakan ikatan persaudaraan dengan<br />
membalik sebuah batu. Sejak itu sudah menjadi tradisi<br />
untuk menyatakan ikatan persaudaraan atau Pela<br />
Gandong.<br />
pemerintah dapat bekerja berdampingan <strong>dalam</strong><br />
mempertahankan budaya tata pemerintahan<br />
adat.<br />
4.4 Teknologi Informasi Baru<br />
4.4.1 Telepon Genggam <strong>dan</strong> SMS<br />
Telepon genggam menjadi sarana<br />
telekomunikasi yang makin berperan di<br />
Maluku (terutama di Ambon). Jaringan di<br />
Ambon adalah Simpati Nusantara/Telkomsel.<br />
Beberapa toko di Ambon juga menjual kartu<br />
pulsa. Sinyal telepon genggam di Ambon, baik<br />
di daerah Muslim maupun Kristiani, adalah<br />
cukup kuat. Telepon genggam bermanfaat<br />
<strong>dalam</strong> meningkatkan kecepatan <strong>dan</strong> lingkup<br />
komunikasi antarorang, yang substansinya<br />
tidak jauh berbeda dengan dialog, rumor, <strong>dan</strong><br />
gosip. Dengan demikian, jika didasari pada<br />
informasi akurat yang bersumber dari media<br />
massa, maka bentuk komunikasi cepat ini<br />
dapat memberi dampak positif, tetapi jika<br />
didasari pada informasi yang menyesatkan<br />
maka ia dapat memperburuk ketegangan secara<br />
sangat cepat.<br />
4.4.2 Internet<br />
Di Maluku, akses terhadap informasi lewat<br />
Internet adalah cukup terbatas. Mayoritas<br />
masyarakat mendapatkan berita dari<br />
suratkabar, radio, televisi, <strong>dan</strong> layanan pesan<br />
singkat (SMS). Di Ambon hanya terdapat<br />
sedikit warung Internet (warnet) dengan<br />
koneksi yang seringkali lambat <strong>dan</strong><br />
bermasalah. Pada tahun 2002, Ambon Ekspres<br />
membuka warnet (untuk umum) yang<br />
memanfaatkan teknologi VSAT. Meskipun<br />
akses Internet cukup baik, tidak banyak yang<br />
datang berkunjung. Akibatnya, warnet itu tutup<br />
pada tahun 2003. Selama masa operasinya,<br />
warnet tersebut sering dipakai wartawan<br />
Ambon untuk mengirim berita ke media di<br />
Jakarta. Tetapi kebanyakan wartawan di<br />
Ambon yang bekerja sebagai koresponden<br />
media nasional lebih suka mengirim tulisan<br />
mereka lewat mesin faks.<br />
Pada saat puncak konflik antara tahun 1999<br />
<strong>dan</strong> 2001, mayoritas situs Internet mengenai<br />
konflik dibangun oleh mereka yang berada di<br />
luar Ambon. Selain itu, ‘perang informasi’<br />
antara masyarakat Muslim <strong>dan</strong> Kristiani<br />
seringkali dilancarkan lewat Internet. Ini<br />
dimulai pada bulan Maret 1999, berdasarkan<br />
38