Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP
Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP
Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan ... - UNDP
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Media</strong> di Sulawesi Tengah, Maluku Utara <strong>dan</strong> Maluku<br />
pun yang telah mengikuti pelatihan jurnalisme,<br />
biarpun pelatihan ditawarkan secara gratis.<br />
Secara garis besar ditemukan bahwa<br />
kemampuan wartawan yang secara bertahap<br />
membaik di daerah propinsi ini sangat dibantu<br />
oleh kegiatan pelatihan yang secara kontinyu<br />
diadakan oleh ba<strong>dan</strong>-ba<strong>dan</strong> keprofesian <strong>dan</strong><br />
institusi-institusi internasional.<br />
4.2.7 Isu Keselamatan<br />
Praktisi media menghadapi isu<br />
keselamatan yang cukup serius di Ambon.<br />
Tekanan tidak saja dilancarkan oleh<br />
masyarakat yang tidak puas dengan isi<br />
pemberitaan, tetapi juga oleh pemerintah, yang<br />
ditengarai kurang bersahabat terhadap media.<br />
Meskipun demikian, <strong>dalam</strong> dua tahun terakhir<br />
tekanan atas media telah sedikit banyak<br />
berkurang dibanding semasa puncak konflik<br />
antara tahun 1999 sampai 2001.<br />
Konflik juga telah memaksa banyak media<br />
untuk memindahkan kantor mereka ke daerah<br />
hunian masyarakat yang tidak menyikapi<br />
mereka dengan permusuhan. Elly Sutrahitu,<br />
pemimpin umum Suara Maluku, menyatakan<br />
bahwa sulitnya mengatasi trauma konflik<br />
memaksa manajemen untuk memindahkan<br />
kantor pada bulan Oktober 2003 ke daerah<br />
yang lebih “aman”, <strong>dalam</strong> hal ini daerah<br />
kelompok masyarakat Kristiani.<br />
Keselamatan media masih terancam hingga<br />
sekarang. Pada saat letupan kekerasan terakhir,<br />
tokoh kelompok anti-RMS Salim Said<br />
Bahasoan meminta TNI untuk menahan<br />
pemimpin redaksi Siwalima Selfanus Latekay,<br />
yang menurutnya mendukung RMS. Konon<br />
hal ini mengejutkan Selfanus Latekay karena<br />
mereka telah berupaya untuk menjaga<br />
keberimbangan berita. Katanya:<br />
“Kami lantas berkesimpulan bahwa <strong>dalam</strong><br />
kondisi konflik [terlepas dari isi berita] tidak<br />
satupun media yang murni dianggap<br />
objektif”<br />
4.2.8 Perkumpulan <strong>dan</strong> Jaringan<br />
PWI merupakan satu-satunya organisasi<br />
profesi bagi wartawan yang memiliki cabang<br />
di Ambon. Wartawan generasi muda<br />
dilaporkan kurang tertarik untuk bergabung.<br />
Secara garis besar, wartawan-wartawan muda<br />
di Ambon tidak setuju dengan keterlibatan<br />
PWI dengan Orde Baru <strong>dan</strong> mereka<br />
beranggapan bahwa organisasi tersebut lamban<br />
<strong>dalam</strong> mengikuti tren-tren terkini. PWI juga<br />
dipan<strong>dan</strong>g didominasi oleh generasi wartawan<br />
senior yang tidak begitu aktif.<br />
AJI Ambon belum terbentuk. Meskipun<br />
demikian, AJI telah mendukung pembentukan<br />
MMC. AJI, melalui MMC, juga melakukan<br />
advokasi bagi wartawan <strong>dan</strong> mendukung<br />
proses rekonsiliasi lewat jurnalisme damai.<br />
Selain media cetak, sejumlah besar wartawan<br />
media penyiaran juga menjadi anggota MMC.<br />
MMC diprakarsai oleh AJI <strong>dan</strong> gerakan<br />
perdamaian Baku Bae dengan maksud<br />
mendamaikan kelompok masyarakat Muslim<br />
<strong>dan</strong> Kristiani. Wartawan-wartawan berhasil<br />
membentuk media centre gabungan di zone<br />
netral di Mardika, yang menjadi tempat bagi<br />
wartawan untuk bertemu <strong>dan</strong> berbagi<br />
informasi, menanggulangi bahaya pekerjaan,<br />
<strong>dan</strong> membina relasi. Pada bulan Agustus 2003,<br />
MMC diserang oleh sekelompok pemuda yang<br />
bermaksud membalas kawan mereka yang<br />
mereka klaim telah dipukuli di lokasi itu.<br />
MMC didirikan oleh AJI <strong>dan</strong> Baku Bae<br />
dengan dukungan dari British Council dengan<br />
konsep mempertemukan wartawan Kristiani<br />
<strong>dan</strong> Muslim, memonitor <strong>dan</strong> mengadvokasi<br />
<strong>dan</strong> menyikapi konflik. Secara bertahap, MMC<br />
mulai menyelenggarakan pelatihan <strong>dan</strong><br />
menyebarkan peliputan mengenai situasi<br />
provinsi untuk media nasional <strong>dan</strong><br />
internasional. Pada tahun 2001, sejumlah<br />
wartawan di Maluku mengadakan rapat<br />
perencanaan strategis MMC tempat mereka<br />
merumuskan misi MMC:<br />
1. Mengkampanyekan peningkatan<br />
profesionalisme wartawan melalui<br />
pelatihan <strong>dan</strong> pendidikan.<br />
2. Mendukung peningkatan profesionalisme<br />
wartawan melalui pelatihan <strong>dan</strong><br />
pendidikan.<br />
3. Membantu <strong>dan</strong> mediasi praktek jurnalisme<br />
damai.<br />
4. Advokasi untuk wartawan.<br />
Selain itu, di bawah naungan MMC,<br />
masyarakat wartawan Maluku menyatakan<br />
sikap mereka untuk mendukung perdamaian<br />
lewat pernyataan empat butir berikut:<br />
1. Kami, wartawan Maluku, berjanji untuk<br />
mendorong proses rekonsiliasi <strong>dan</strong><br />
perdamaian di Maluku.<br />
34