You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
sisi lain capres<br />
lama dibangun. Museum seluas sekitar<br />
4 x 6 meter persegi itu didirikan Endriartono<br />
di sebelah garasi rumahnya<br />
yang asri dan berpekarangan luas. “Tadinya<br />
disimpan di sana-sini, terpisah-pisah.<br />
Ada yang ditumpuk di kardus, ada<br />
yang di lemari. Setelah dikumpulkan,<br />
inilah hasilnya,” kata Endriartono saat<br />
menerima tim majalah detik di kediamannya<br />
dua pekan lalu.<br />
Benda-benda yang dia kumpulkan<br />
terdiri atas foto, lencana penugasan,<br />
medali, plakat, lukisan, gambar karikatur,<br />
patung kuda dari pualam, patung dari<br />
Thailand, pedang samurai, sampai dua<br />
ekor harimau yang diawetkan. Endriartono<br />
berseloroh, jika medali dan lencana<br />
yang dimilikinya itu ia pakai semua saat<br />
berseragam tentara, bisa-bisa badannya<br />
dipenuhi tanda penghargaan.<br />
“Kalau (lencana) dipasang semua di<br />
badan, saya bisa enggak mempan ditembak,”<br />
ujarnya sembari terkekeh.<br />
Sejumlah foto koleksi Endriartono juga<br />
seakan-akan menjadi simbol perjalanan<br />
hidupnya. Ada foto hitam-putih saat<br />
ia masih menjadi taruna, foto bersama<br />
Presiden Soeharto dan Panglima ABRI<br />
Wiranto saat ia menjabat Komandan Pasukan<br />
Pengamanan Presiden, foto ketika<br />
Endriartono menjabat Kepala Staf TNI<br />
Angkatan Darat, hingga ketika menjadi<br />
Panglima TNI, semua tergantung rapi di<br />
dinding. Foto dirinya bersama sejumlah<br />
kepala negara juga ada, seperti dengan<br />
Presiden Amerika Serikat George W.<br />
Bush serta bersama Sultan Brunei Hassanal<br />
Bolkiah.<br />
Sedangkan benda-benda lainnya dipajang<br />
di rak kaca. Kecuali foto, benda-benda<br />
tersebut merupakan tanda penghargaan,<br />
kenangan-kenangan, atau cendera<br />
mata dari berbagai acara, baik di dalam<br />
maupun luar negeri. Seperti pemberian<br />
dari para panglima angkatan bersenjata<br />
negara lain yang berkunjung atau dikunjunginya.<br />
“Ini semua pemberian, enggak<br />
ada yang beli,” tutur Komisaris Utama<br />
Bank Pundi itu.<br />
Tapi tak semua barang koleksinya bisa<br />
masuk dan terpajang di sana. Museumnya<br />
sudah tidak muat lagi. Masih banyak<br />
benda kenangan miliknya yang terpaksa<br />
ia simpan di lemari kaca besar di ruang<br />
makan. Ia juga mengoleksi beberapa<br />
kendaraan lawas di garasi di sebelah<br />
museum. Vespa Piaggio, sepeda motor<br />
Honda 70, dan motor gede Yamaha. “Itu<br />
sudah enggak bisa jalan, akinya mahal,”<br />
ucapnya seraya menunjuk motor gede<br />
warna hitam itu.<br />
Endriartono secara khusus menyinggung<br />
piagam “pahlawan masa kini”,<br />
yang diberikan Modernisator, gerakan<br />
menganugerahkan penghargaan kepada<br />
tokoh-tokoh yang dianggap memiliki<br />
inovasi, keunggulan, serta pengabdian<br />
untuk negeri. Ia diganjar penghargaan<br />
tersebut karena dinilai tegas dalam<br />
mempertahankan netralitas TNI. “Ada<br />
juga penghargaan dari pemda Aceh<br />
atas apa yang saya lakukan saat terjadi<br />
tsunami,” katanya. Dua penghargaan<br />
itu rupanya mendapat tempat khusus<br />
di hati sang jenderal. n Dimas, Sudrajat<br />
Majalah detik 17 - 23 maret 2014