30.01.2015 Views

20140317_MajalahDetik_120

20140317_MajalahDetik_120

20140317_MajalahDetik_120

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sisi lain capres<br />

lama dibangun. Museum seluas sekitar<br />

4 x 6 meter persegi itu didirikan Endriartono<br />

di sebelah garasi rumahnya<br />

yang asri dan berpekarangan luas. “Tadinya<br />

disimpan di sana-sini, terpisah-pisah.<br />

Ada yang ditumpuk di kardus, ada<br />

yang di lemari. Setelah dikumpulkan,<br />

inilah hasilnya,” kata Endriartono saat<br />

menerima tim majalah detik di kediamannya<br />

dua pekan lalu.<br />

Benda-benda yang dia kumpulkan<br />

terdiri atas foto, lencana penugasan,<br />

medali, plakat, lukisan, gambar karikatur,<br />

patung kuda dari pualam, patung dari<br />

Thailand, pedang samurai, sampai dua<br />

ekor harimau yang diawetkan. Endriartono<br />

berseloroh, jika medali dan lencana<br />

yang dimilikinya itu ia pakai semua saat<br />

berseragam tentara, bisa-bisa badannya<br />

dipenuhi tanda penghargaan.<br />

“Kalau (lencana) dipasang semua di<br />

badan, saya bisa enggak mempan ditembak,”<br />

ujarnya sembari terkekeh.<br />

Sejumlah foto koleksi Endriartono juga<br />

seakan-akan menjadi simbol perjalanan<br />

hidupnya. Ada foto hitam-putih saat<br />

ia masih menjadi taruna, foto bersama<br />

Presiden Soeharto dan Panglima ABRI<br />

Wiranto saat ia menjabat Komandan Pasukan<br />

Pengamanan Presiden, foto ketika<br />

Endriartono menjabat Kepala Staf TNI<br />

Angkatan Darat, hingga ketika menjadi<br />

Panglima TNI, semua tergantung rapi di<br />

dinding. Foto dirinya bersama sejumlah<br />

kepala negara juga ada, seperti dengan<br />

Presiden Amerika Serikat George W.<br />

Bush serta bersama Sultan Brunei Hassanal<br />

Bolkiah.<br />

Sedangkan benda-benda lainnya dipajang<br />

di rak kaca. Kecuali foto, benda-benda<br />

tersebut merupakan tanda penghargaan,<br />

kenangan-kenangan, atau cendera<br />

mata dari berbagai acara, baik di dalam<br />

maupun luar negeri. Seperti pemberian<br />

dari para panglima angkatan bersenjata<br />

negara lain yang berkunjung atau dikunjunginya.<br />

“Ini semua pemberian, enggak<br />

ada yang beli,” tutur Komisaris Utama<br />

Bank Pundi itu.<br />

Tapi tak semua barang koleksinya bisa<br />

masuk dan terpajang di sana. Museumnya<br />

sudah tidak muat lagi. Masih banyak<br />

benda kenangan miliknya yang terpaksa<br />

ia simpan di lemari kaca besar di ruang<br />

makan. Ia juga mengoleksi beberapa<br />

kendaraan lawas di garasi di sebelah<br />

museum. Vespa Piaggio, sepeda motor<br />

Honda 70, dan motor gede Yamaha. “Itu<br />

sudah enggak bisa jalan, akinya mahal,”<br />

ucapnya seraya menunjuk motor gede<br />

warna hitam itu.<br />

Endriartono secara khusus menyinggung<br />

piagam “pahlawan masa kini”,<br />

yang diberikan Modernisator, gerakan<br />

menganugerahkan penghargaan kepada<br />

tokoh-tokoh yang dianggap memiliki<br />

inovasi, keunggulan, serta pengabdian<br />

untuk negeri. Ia diganjar penghargaan<br />

tersebut karena dinilai tegas dalam<br />

mempertahankan netralitas TNI. “Ada<br />

juga penghargaan dari pemda Aceh<br />

atas apa yang saya lakukan saat terjadi<br />

tsunami,” katanya. Dua penghargaan<br />

itu rupanya mendapat tempat khusus<br />

di hati sang jenderal. n Dimas, Sudrajat<br />

Majalah detik 17 - 23 maret 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!