You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ekonomi | renegosiasi tambang<br />
Dugaan saya, enggak ada<br />
cara lain, kalau Freeport<br />
setuju, Newmont dan<br />
lainnya juga akan setuju.<br />
Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Nico<br />
Kanter, lewat email.<br />
Tidak mengherankan, perundingan bertahuntahun<br />
ini belum juga beres. Menurut Sukhyar,<br />
perundingan sekarang menyisakan satu masalah<br />
yang paling mengganjal, kenaikan royalti<br />
dari 1 persen menjadi 3,75 persen. “Tinggal soal<br />
penerimaan negara, paling berat itu,” ujarnya.<br />
Sukhyar enggan membeberkan perusahaan<br />
yang masih berkeberatan soal<br />
royalti. Ia hanya menyebut<br />
PT Freeport Indonesia sudah<br />
mengirim surat persetujuan<br />
kenaikan royalti. Sedangkan<br />
PT Newmont Nusa Tenggara<br />
dan PT Vale Indonesia (nama<br />
baru Inco) belum sepakat<br />
mengubah pasal royalti dalam kontrak. Sukhyar<br />
optimistis dengan kontrak karya. “Dugaan saya,<br />
enggak ada cara lain, kalau Freeport setuju,<br />
Newmont dan lainnya juga akan setuju,” katanya.<br />
Pihak Freeport tidak bersedia menjelaskan<br />
perincian pasal-pasal yang masih mengganjal<br />
dalam perundingan ini. Vice President Corporate<br />
Communication PT Freeport Indonesia,<br />
Daisy Primayanti, hanya mengatakan mereka<br />
tengah berdiskusi dengan pemerintah. “Bersama<br />
pemerintah, kami meninjau kontrak kami<br />
dengan mempertimbangkan kebutuhan investasi<br />
jangka panjang dan aspirasi nasional,” ucapnya.<br />
Sukhyar menyebut lima masalah lain—di antaranya<br />
luas wilayah kerja, kewajiban melepas<br />
sebagian saham, dan kewajiban mengolah hasil<br />
tambang di dalam negeri—bisa dibilang sudah<br />
tidak terlalu banyak masalah.<br />
Tapi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan<br />
Indonesia (Indonesian Mining Association)<br />
Syaril A.B. masih mengeluhkan dibatasinya<br />
penguasaan lahan maksimal 25 ribu hektare<br />
untuk tambang mineral dan 15 ribu hektare untuk<br />
tambang batu bara. “Anggota kami bilang<br />
kami sudah investasi begitu banyak, tapi hanya<br />
dapat 25 hektare,” katanya.<br />
Ia mencontohkan Freeport, yang sudah<br />
menanam US$ 7 miliar (sekitar Rp 80 triliun).<br />
Dengan investasi seperti itu, menurut Syaril,<br />
Freeport pastinya enggan jika hanya akan mendapatkan<br />
lahan 25 ribu hektare. Ia mengatakan<br />
Majalah detik 17 - 23 maret 2014