30.01.2015 Views

20140317_MajalahDetik_120

20140317_MajalahDetik_120

20140317_MajalahDetik_120

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

nasional<br />

Hakim MK, Harjono<br />

rengga sencaya/detikfoto<br />

ngon dan Karta menjalani masa hukuman,<br />

datang seseorang yang mengaku sebagai<br />

pembunuh sebenarnya. Secara peradilan, kata<br />

Taufik, Sengon dan Karta telah menanggung<br />

hukuman, meskipun mereka tidak bersalah.<br />

Namun, kendati dengan putusan itu terpidana<br />

bisa mengajukan PK lebih dari satu kali, bukan<br />

berarti upaya hukum tersebut bisa diajukan<br />

ujug-ujug. Hakim MK, Harjono, menuturkan<br />

novum yang diajukan kepada hakim harus<br />

benar-benar kuat. Harjono juga membantah<br />

jika dikatakan bahwa putusan soal PK itu<br />

dijatuhkan karena lembaganya ditekan<br />

pihak tertentu. “Tidak ada tekanan<br />

dari pihak mana<br />

pun,” ucap Harjono<br />

saat ditemui di<br />

kantornya.<br />

Putusan MK<br />

yang memberi<br />

peluang<br />

permohonan<br />

PK bisa diajukan berulang-ulang<br />

bakal membuat Mahkamah Agung bekerja ekstrakeras.<br />

Apalagi putusan tersebut memberi<br />

peluang kepada terpidana yang merasa tidak<br />

puas untuk terus-menerus mengajukan PK.<br />

“Yang di kuburan pun bisa mengajukan PK,”<br />

kata juru bicara MA, Ridwan Mansyur, Selasa,<br />

11 Maret lalu.<br />

Karena itu, lembaganya akan segera membuat<br />

peraturan yang memperberat syarat pengajuan<br />

PK. Alasannya, supaya PK tidak digunakan<br />

untuk mencari peruntungan bagi terpidana<br />

atau ahli waris terpidana yang sudah meninggal.<br />

PK juga harus tetap dianggap sebagai upaya<br />

hukum luar biasa.<br />

Lagi pula, putusan telah berkekuatan hukum<br />

tetap di tingkat kasasi, sehingga pengajuan PK<br />

tidak menunda pelaksanaan hukuman baginya,<br />

baik pidana, perdata, maupun tata usaha negara.<br />

Sebab, jika tidak, MA mengkhawatirkan<br />

hilangnya asas kepastian hukum. “Kalau tidak<br />

begitu, sampai kapan mau ada keadilan” ujar<br />

Ridwan. n Kustiah | dimas<br />

Majalah detik 17 - 23 maret 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!