Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
kekerasan terhadap Sara, tanpa niat membunuh, namun berakhir pada peristiwa<br />
tragis yang juga tak diduga oleh Hafitd sendiri. Kematian lebih sebagai<br />
sebuah kecelakaan, ketimbang sebagai bagian dari rencana aksi kekerasan.<br />
Ceritanya menjadi lain pada Syifa. Motif untuk membunuh Sara terkandung<br />
lebih nyata pada Syifa ketimbang pada Hafitd. Apakah rangkaian<br />
perilaku Syifa berikutnya memang ditujukan untuk merealisasi visi kejahatannya<br />
tersebut, perlu didalami dengan mengurai perincian gerak-gerik Syifa<br />
selama ia, Hafitd, dan Sara berada di dalam mobil.<br />
Jadi, walaupun Syifa terkesan mempunyai motif maut, tetap terbuka<br />
kemungkinan bahwa Syifa sebenarnya juga tidak berkeinginan meneruskan<br />
efek negatifnya dengan membunuh Sara. Apabila itu yang terjadi, maka—<br />
bagi Syifa—kematian Sara juga merupakan accidental murder.<br />
Mengaku Membunuh<br />
Uraian di atas justru mengasumsikan bahwa Hafitd dan Syifa tidak mempunyai<br />
kesengajaan membunuh. Tetapi, seperti dinyatakan polisi, Hafitd dan<br />
Syifa memberikan pengakuan bahwa mereka membunuh Sara. Polisi perlu<br />
tetap kritis menyikapi pengakuan kedua tersangka tersebut. Sebagai orang<br />
biasa, bisa dibayangkan bahwa Hafitd dan Syifa pada gilirannya juga mengalami<br />
kecemasan luar biasa pascakejadian. Munculnya sensasi disorientasi,<br />
mulai linglung, hingga rusaknya ingatan menjadi fenomena umum yang<br />
dialami setelah individu melalui peristiwa dahsyat yang tak ia duga-duga.<br />
Apalagi ditambah dengan tekanan yang berasal dari situasi interogasi, membuat<br />
tersangka rentan memberikan pengakuan yang keliru (false confession),<br />
termasuk membuat tersangka pengakuan bahwa mereka adalah duet yang<br />
sudah secara sengaja merancang dan melaksanakan aksi pembunuhan.<br />
Allahu alam.<br />
Majalah detik 17 - 23 maret 2014