You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
isnis<br />
Rudi Parlinggoman Sinurat,<br />
bekas pegawai bank yang<br />
memilih jadi juragan tahu isi<br />
pedas.<br />
budi alimuddin/detikcom<br />
50 gerobak mitra Rudi yang tersebar di Jakarta<br />
dan sekitarnya.<br />
Gerobak gorengan Rudi ini bukan satu-satunya<br />
waralaba gorengan yang beroperasi. Di<br />
Jawa Timur, misalnya, ada Go Crunz, gerobak<br />
gorengan yang menyediakan pisang goreng<br />
sampai jamur goreng. Pola bisnisnya mirip<br />
Tahu Jeletot Taisi. Model bisnis lain adalah<br />
outlet Snaazy, yang sebenarnya hanya keripik<br />
singkong tapi penjualannya kadang tampil<br />
“serius”, lengkap dengan seragamnya.<br />
Untuk menjadi mitra seperti Indah, kata Rudi,<br />
ada keharusan menyetor Rp 10 juta. Biaya ini<br />
termasuk biaya gerobak merah menyala mencolok<br />
lengkap dengan alat penggorengan. Ia<br />
juga memberi seragam kepada para mitranya,<br />
sehingga berkesan profesional. Harga itu<br />
termasuk bahan baku untuk 100 potong tahu<br />
jeletot isi. “Ini untuk hari pertama,” kata Rudi.<br />
Pelatihan kepada mitranya dilakukan sederhana<br />
di hari pertama. “Istri Pak Rudi yang<br />
langsung memberikan pelatihan kepada saya<br />
dan suami di hari pertama kami buka lapak,”<br />
ucap Indah.<br />
Rudi awalnya tidak membuka waralaba tahu<br />
jeletot. Selepas kuliah di Fakultas Matematika<br />
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia,<br />
ia bekerja di sebuah bank asing. Salah<br />
satu tugasnya adalah memproses permohonan<br />
kredit pengusaha kecil.<br />
Berurusan dengan pengusaha kecil ini menggerakkan<br />
naluri bisnisnya yang sebenarnya<br />
Majalah detik 17 - 23 maret 2014