Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
isnis<br />
Rata-rata mitra kami yang<br />
punya lapak strategis<br />
mampu menjual 500 tahu<br />
setiap harinya.<br />
sudah lama ia asah. “Sejak kuliah saya sudah<br />
berbisnis, mulai buat buku fotokopi, jual sepatu<br />
dan sandal di Pasar Blok M, sampai jual pulsa”<br />
ucapnya sembari tertawa.<br />
Maka, di sela-sela pekerjaan sebagai bankir,<br />
ia membuka bisnis jamur kriuk. Tapi bisnis yang<br />
ia mulai pada 2011 itu tidak berkembang. Saat<br />
memikirkan cara<br />
untuk maju, satu<br />
gerobak tahu jeletot<br />
membuka usaha di<br />
dekat gerobak jamur<br />
kriuk-nya. Salah satu<br />
karyawan jamur kriuk-nya<br />
menyarankan<br />
dirinya mengembangkan<br />
bisnis waralaba tahu sejenis.<br />
Rudi pun tergerak dan mulai bereksperimen<br />
selama dua bulan agar bisa menemukan racikan<br />
bumbu tahu pedasnya sendiri, yang khas<br />
dan enak. Awalnya ia membuka gerai sendiri,<br />
ternyata berjalan. Gerai milik sendiri pun bertambah<br />
sampai lima. Ia pun kemudian menawarkan<br />
bentuk waralaba, seperti yang diambil<br />
Indah, dan sekarang sudah tersebar sampai<br />
sekitar 50 buah.<br />
Ia bahkan sudah membuka pusat pengolahan<br />
bahan baku—yang meracik bumbu, memotong<br />
tahu dan sayuran—di Depok dengan karyawan<br />
mencapai 25 orang. De ngan penjualan minimal<br />
300 potong sehari saja pemegang waralabanya<br />
sudah bisa balik modal di bulan keempat, dan<br />
setiap bulan bisa mengantongi keuntungan Rp<br />
2,5 juta sebulan. “Rata-rata mitra kami yang punya<br />
lapak strategis mampu menjual 500 tahu<br />
setiap harinya,” ucapnya.<br />
Di Sidoarjo, Jawa Timur, bisnis gorengan bisa<br />
membuat Riyadh Ramadhan menjadi pengusaha<br />
kafe di salah satu mal di Surabaya dalam<br />
usia yang baru 26 tahun. Bisnis ini kue-kue gorengan—seperti<br />
sukun goreng, pisang goreng,<br />
sampai tahu goreng—dengan nama Go Crunz,<br />
yang dimulai lima tahun silam.<br />
Yang agak berbeda, harga kemitraan yang<br />
ditawarkan Riyadh lebih mahal. Untuk gerobak,<br />
ia memasang tarif Rp 39 juta dan minikafe Rp<br />
75 juta. Biaya ini termasuk peralatan, pelatihan,<br />
serta kemitraan selama tiga tahun.<br />
Meski mahal, dalam waktu sekitar empat<br />
bulan sejak ditawarkan, sudah belasan gerai<br />
Majalah detik 17 - 23 maret 2014