14.07.2015 Views

Proceeding-Simposium-Hukum-Nasional-2014

Proceeding-Simposium-Hukum-Nasional-2014

Proceeding-Simposium-Hukum-Nasional-2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Simposium</strong> <strong>Hukum</strong> <strong>Nasional</strong> <strong>2014</strong>4. Faktor PsikologisPsikologis seseorang dapat menjadi salah satu faktor terjadinyatindak kekerasan seksual. Dalam hal ini pengaruh ataupun kejadianyang pernah dialami oleh seorang korban pelecehan kekerasanseksual, berpotensi mempengaruhi psikologisnya sehinggamelakukan hal yang serupa.5. Faktor Calon KorbanPerlu diketahui bahwa yang mempengaruhi terjadinya suatu tindakkekerasan seksual, tidak hanya faktor-faktor pelaku kejahatan saja,akan tetapi faktor calon korban kekerasan seksual jugamempengaruhi terjadinya suatu tindak kejahatan, karena setiapperbuatan manusia adalah suatu hasil interaksi akibat adanyainterelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi.D. Tinjauan Umum Mengenai Pencabulan1. Berdasarkan KUHPKUHP Indonesia yang dijadikan acuan utama bagi kalanganpraktisi hukum untuk menjaring pelaku kejahatan kekerasan seksualmengandung kekurangan secara substansial dalam hal melindungikorban kejahatan. Korban dalam sisi yuridis ini tidak mendapatkanperlindungan yang istimewa.Tindak pidana perkosaan dalam KUHP dapat dibedakanmenjadi dua, yaitu tindak pidana perkosaan untuk bersetubuh yangdiatur dalam pasal 285 dan tindak pidana perkosaan untuk berbuat cabulyang diatur dalam pasal 289.Pasal 285 KUHP berbunyi :“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasanmemaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluarperkawinan, diancam karena melakukan perkosaan denganpidana penjara paling lama dua belas tahun”. 42. Berdasarkan Konsep KUHPKonsep KUHP tidak lagi membedakan antara kejahatankesusilaan dengan pelanggaran kesusilaan. Konsep KUHPmengelompokkan tindak pidana kesusilaan menjadi satu dengan judul“Tindak Pidana terhadap Perbuatan Melanggar Kesusilaan”.Perkosaan tidak lagi dilihat sebagai persoalan moral sematamata(moral offence). Di dalamnya juga mencakup masalah anger andviolence, yang dianggap merupakan pelanggaran dan pengingkaranterhadap hak-hak asasi manusia, khususnya hak wanita.4 R. Soenarto Soerocibroto, KUHP dan KUHAP, Cet. 5, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), pasal 285 KUHP.43

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!