13.07.2015 Views

ISBN 978-602-235-106-1 351.770.212 Ind P - Departemen ...

ISBN 978-602-235-106-1 351.770.212 Ind P - Departemen ...

ISBN 978-602-235-106-1 351.770.212 Ind P - Departemen ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kasus Baru dan Prevalensi BTA PositifJumlah kasus baru BTA+ yang ditemukan pada tahun 2011 sebesar 197.797 kasus.Jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 183.366 kasus.Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan JawaTimur.Menurut jenis kelamin, sebesar 59,3% kasus BTA+ yang ditemukan berjenis kelaminlaki-laki dan 40,7% kasus berjenis kelamin perempuan. Seluruh kasus di 33 provinsi di<strong>Ind</strong>onesia lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Disparitas palingtinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Aceh, yaitu 65,9% penderita laki-laki dan34,1%-nya merupakan penderita perempuan.Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada kelompokumur 25-34 tahun yaitu sebesar 22,3% diikuti kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,3%dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 18,9%. Pada seluruh kelompok umurtersebut penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, kecuali pada kelompokumur 0-14 tahun penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.Berdasarkan data WHO Report 2011 Global Tuberculosis Control, angka insidenssemua tipe TB tahun 2011 sebesar 189 per 100.000 penduduk, mengalami penurunandibanding tahun 1990 yang sebesar 343 per 100.000 penduduk. Demikian juga denganangka prevalensi tuberkulosis yang berhasil diturunkan hampir sepertiganya dari 423 per100. 000 penduduk menjadi 289 per 100.000 penduduk pada tahun 2011. Sejalan denganitu, angka mortalitas akibat penyakit TB juga berhasil diturunkan hampir separuhnya dari51 per 100.000 penduduk pada tahun 1990 menjadi 27 per 100.000 penduduk pada tahun2011. Hal tersebut membuktikan bahwa Program pengendalian TB yang selama inidilakukan berhasil menurunkan angka insidens dan prevalensi akibat penyakit TB.Riskesdas 2010 menyajikan period prevalence TB yang terdiri dari kelompok yangpernah didiagnosis (D) dan yang memiliki gejala klinis (G). Laporan Riskesdas 2010menyebutkan bahwa untuk memperoleh indikator prevalensi TB Paru 2009/2010 yangpernah didiagnosis (D) kepada penduduk ditanyakan apakah pernah didiagnosismenderita Tuberkulosis Paru melalui pemeriksaan dahak dan/atau foto paru olehtenaga kesehatan/nakes, seperti dokter/perawat/bidan selama 12 bulan terakhir.Sedangkan untuk memperoleh indikator Prevalensi TB Paru 2009/2010 berdasarkangejala klinis (G) atau suspek TB, maka penduduk yang menj awab tidak pernahdidiagnosis Tuberkulosis Paru kemudian ditanyakan apakah selama 12 bulan terakhirpernah menderita batuk berdahak selama dua minggu atau lebih dan disertai satu ataulebih gejala seperti dahak bercampur darah/batuk berdarah, berat badan menurun,berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam lebih dari satu bulan.Berdasarkan pertanyaan tersebut, pada tahun 2010 didapatkan prevalensi TB paruberdasarkan diagnosis (D) sebesar 725 per 100.000 penduduk di <strong>Ind</strong>onesia. Provinsi denganprevalensi TB tertinggi yaitu Papua sebesar 1.441 per 100.000 penduduk diikuti olehBanten sebesar 1.282 per 100.000 penduduk, dan Sulawesi Utara sebesar 1.221 per 100.000penduduk. Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Lampung sebesar 270 per100.000 penduduk, diikuti oleh Bali sebesar 306 per 100.000 penduduk, dan DI Yogyakarta62

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!