KERESAHAN MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU KEKERASAN PEMBEGAL (STUDY KASUS DI SULAWESI SELATAN)

terhadap perilaku seorang anak, yang kemudian mudah untuk melakukan
tindakan melawan hukum.
6. Kurangnya kesibukan atau pekerjaan memudahkan anak-anak untuk
dapat bergaul dengan kelompok sebaya, sehingga sangat mudah untuk
mendapat pengaruh untuk melakukan tindakan kejahatan berkelompok.
Pengajaran disekolah yang kurang menyibukkan dan disenangi murid
menjadi penyebab anak-anak bermain diluar waktu sekolah, sehingga
member kesempatan untuk bergaul dengan kawanan yang rentang
dengan pelaku kejahatan.
7. Pengaruh obat-obatan atau narkotik berpengaruh untuk pelaku melakukan
aksi begal, beberapa pelaku saat tertangkap merampok korbannya dalam
pengaruh menggunakan narkoba. ada kaitan erat antara begal dan
penyalahgunaan narkoba, remaja sangat rentan terpengaruh oleh
lingkungannya.
8. Banyak arena-arena diluar rumah yang berpotensi untuk menyalurkan
rasa ingin tahu dari remaja, yang kadang tidak dipandu danang dicari yang
justru kadang berpotensi memperoleh perilaku jahat yang justru
menyenangkan.
9. Kebiasaan untuk tidak mempunyai kepedulian pada orang lain akan
berpotensi untuk tidak memiliki rasa pedulian sehingga dengan mudah
melakukan perilaku menyimpan yang merugikan orang lain termasuk
tindakan begal.
10. Kebiasaan berbuat salah dan melakukan tindakan yang menyimpan tanpa
saksi, akhirnya anak terbiasa untuk tidak memperhitungkan resiko dan
hukum.
Dengan memperhatikan karakteristik dari pelaku begal yang umumnya
dibawah umur atau remaja dengan umur antara 14 – 19 tahun, yang dalam
melaksanakan pembegalan sangat sadis, maka beberapa hal yang dinilai
dominan menjadi penyebab munculnya perilaku begal adalah sebagai berikut:
1. Marakmya budaya konsumerisme dan materialisme. Industri gadget dan
otomotif (sepeda motor) menjadi sesuatu yang harus senantiasa diikuti,
mendorong munculnya perilaku hedonism dan untuk memenuhinya secara
100