KERESAHAN MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU KEKERASAN PEMBEGAL (STUDY KASUS DI SULAWESI SELATAN)

Kapoltres Parepare untuk mengurangi aksi kejahartan begal maka
dilaksanakan program “Polisi Temanta” suatu program yang memberikan
upaya tanggap dan sigap dalam memberikan layanan maksimal, sambil
melakukan patroli rutin ditempat-tempat yang dianggap rawan begal. Polisi
bersama pemerintah menumbuhkan pengamanan mandiri dengan melibatkan
masyarakat untuk menjaga dan berupaya tidak terjadinya aksi kejahatan
disekitar tempat tinggalnya.
Masalah begal umumnya masih dianggap adalah masalah
kejahatan, terkait sebagai masalah sosial Dinas Sosial dan Kesejahteraan
Masyarakat Kota Parepare secara khusus belum dibuatkan program khusus,
ada kaitan dengan munculnya perilaku kejahatan maka dilaksanakan
penanganan pada anak-anak jalanan (Anjal) dengan memberikan
penanganan khusus yang memberikan keterampilan dan pendidikan atau
mengembalikannya kedalam lingkungan keluarga, melalui panti sosial jumlah
anjal dapat berkurang. Pada tahun 2016 anjal yang ada di Parepare berasal
dari luar Parepare.
Dalam banyak kasus anak-jalanan di Parepare berasal dari
Makassar, mereka kemudian menyebar diper-empatan jalan dan
menggunakan taman-taman kota untuk bermalam. Untuk pembinaan seperti
itu, maka mereka dibawah kepanti sosial untuk direhabilitasi yang selanjutnya
menunggu hubungan daerah asalnya untuk menjemput.
Keseimbangan antara Pemerintah, Penegak Hukum, dan Budaya
dalam memperbaiki kehidupan sosial masyarakat, sehingga peran keluarga
sebagai pengontrol utama sosial seharusnya dapat lebih mengawasi anakanak
remaja. Pemerintah juga tidak hanya melihat dari ekonominya saja
melainkan suatu pemberdayaan keluarga juga, penegak hukum harus lebih
waspada dan melihat kejadian-kejadian sosial dengan lebih cermat dan tegas
sehingga masyarakat tidak berlebihan dengan rasa cemas dan khawatir
dengan aparat yang tegas dan cermat.
F. Mencegah dan Mengatasi Tindakan Begal
103