14.04.2014 Views

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />

Bab <strong>VI</strong><br />

terutama untuk meminimalkan risiko; dan (3) mengembangkan upaya-upaya agar pinjaman<br />

yang sudah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai jadwal dan sesuai dengan perkiraan<br />

biaya.<br />

Dalam penyusunan strategi utang, Pemerintah akan memerhatikan dan memasukkan<br />

berbagai faktor baik eksternal maupun internal yang secara langsung maupun tidak langsung<br />

menjadi bahan pertimbangan yang akan mempengaruhi strategi yang ditempuh. Faktorfaktor<br />

yang memengaruhi strategi yang ditempuh antara lain adalah (1) posisi dan struktur<br />

utang saat ini, (2) kebutuhan pembiayaan yang harus dipenuhi, (3) daya dukung operasional<br />

dalam pengelolaan utang, (4) kondisi pasar baik global maupun domestik, (5) aturan-aturan<br />

yang mendukung baik yang terkait dengan instrumen, aturan pasar dan aturan yang<br />

mengatur investor dan investasi, dan lain-lain, dan (6) status kemajuan dari beberapa hal<br />

terkait dengan pengelolaan utang seperti komitmen utang, rencana penarikan utang,<br />

perjanjian penundaan utang, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut bersifat dinamis dan<br />

berkembang, yang perlu direspon secara periodik dengan meninjau kembali strategi dan<br />

membuat penyesuaian terhadap strategi tersebut agar tetap berada pada upaya untuk<br />

pencapaian tujuan.<br />

Dalam lima tahun terakhir, meskipun secara persentase terhadap PDB utang menunjukkan<br />

besaran yang cenderung semakin menurun, namun secara nominal jumlah utang<br />

Pemerintah terus mengalami peningkatan. Peningkatan nominal utang dipengaruhi oleh<br />

penambahan utang neto dan perubahan berbagai nilai tukar dari utang yang dimiliki.<br />

Kecenderungan peningkatan pembiayaan melalui utang sudah barang tentu akan secara<br />

nominal meningkatkan jumlah utang pemerintah. Kebutuhan pembiayaan yang bersumber<br />

dari utang neto yang meningkat telah berakibat pada peningkatan outstanding utang dari<br />

Rp1.294,8 triliun pada tahun 2004 dan secara gradual meningkat menjadi Rp1.486,2 triliun<br />

pada bulan September 2008. Walaupun terjadi peningkatan dalam posisi utang, tetapi secara<br />

relatif rasio utang terhadap PDB mengalami penurunan. Penurunan ini juga diimbangi<br />

dengan penurunan komposisi utang dalam valuta asing dari 50 persen pada akhir tahun<br />

2004 menjadi 47 persen pada akhir tahun 2007. Masalah yang masih dihadapi saat ini<br />

adalah pada struktur jatuh tempo, yang masih cukup tinggi hingga beberapa tahun ke depan.<br />

Dengan melihat kondisi portofolio, pengelolaan utang akan lebih diarahkan untuk<br />

menyeimbangkan struktur utang baik dari sisi komposisi nilai tukar, maupun dari sisi struktur<br />

jatuh temponya. Pemenuhan kebutuhan pembiayaan akan diarahkan pada tujuan tersebut<br />

secara konsisten dengan memerhatikan faktor-faktor yang memengaruhi. Melihat kondisi<br />

tersebut, dalam upaya menyeimbangkan struktur portofolio, maka pemenuhan kebutuhan<br />

pembiayaan yang dapat menambah posisi (outstanding) utang, diupayakan semaksimal<br />

mungkin diperoleh dari sumber-sumber dalam negeri. Dari sisi struktur jatuh tempo, dengan<br />

melihat kondisi saat ini, tambahan kebutuhan pembiayaan akan semaksimal mungkin<br />

diupayakan dapat dipenuhi dari utang dengan tenor yang panjang. Keseimbangan dalam<br />

struktur tersebut akan dilakukan dengan tetap memperhatikan biaya yang diperlukan agar<br />

efisiensi pengelolaan utang dapat dicapai.<br />

Dalam konteks pengelolaan SBN, upaya yang dapat mendukung pencapaian struktur<br />

portofolio dilakukan dengan (1) memperkaya jenis instrumen yang mampu mendukung<br />

kebutuhan investasi dari kelompok investor yang beragam, (2) mendukung pembangunan<br />

infrastruktur pasar yang dapat mendukung aktivitas dan likuditas perdagangan dan efisiensi<br />

pasar, dan (3) menganalisis potensi permintaan secara lebih cermat dan memanfaatkan<br />

NK APBN 2009<br />

<strong>VI</strong>-19

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!