BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Bab <strong>VI</strong><br />
Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />
Di pasar domestik jumlah surat berharga yang diterbitkan dari tahun ke tahun menunjukkan<br />
peningkatan. Dalam tahun 2004 dan 2005 penerbitan di pasar domestik secara neto<br />
menunjukkan jumlah yang negatif. Hal ini mengingat jumlah surat berharga yang jatuh<br />
tempo di pasar domestik jauh lebih besar daripada yang diterbitkan, sementara kapasitas<br />
pasar dalam negeri dalam me-refinance seluruh surat berharga yang jatuh tempo belum<br />
mencukupi. Kapasitas pasar yang terbatas ini terjadi karena banyak bank yang semula<br />
memegang SUN hasil obligasi rekap mulai menjual di pasar sekunder karena akan<br />
menambah kapasitas dalam memberikan pinjaman. Penjualan oleh bank di pasar sekunder<br />
tersebut diabsorbsi oleh tipe investor yang lain seperti reksadana, asuransi, dana pensiun,<br />
bahkan oleh individu. Dalam tahun 2006–2007, penerbitan di pasar domestik menunjukkan<br />
jumlah neto yang positif karena adanya tambahan kebutuhan penerbitan, yang didukung<br />
oleh diversifikasi instrumen (penerbitan O<strong>RI</strong>), dan peningkatan basis investor terutama<br />
partisipasi investor asing. Peningkatan partisipasi oleh asing ini terutama didukung oleh<br />
environment interest rate dunia yang rendah dan likuiditas pasar dunia yang cukup tinggi.<br />
Di pasar internasional, sejak tahun 2004 Pemerintah mulai menerbitkan SUN, dengan jumlah<br />
yang memadai untuk digunakan sebagai referensi (benchmark size) yaitu USD1,0 miliar.<br />
Penerbitan di pasar internasional ini tidak semata-mata didasari oleh kebutuhan pembiayaan,<br />
tetapi juga sebagai upaya penciptaan referensi harga (benchmark pricing) untuk surat<br />
berharga yang diterbitkan oleh perusahaan Indonesia atau aset-aset keuangan Indonesia.<br />
Jumlah penerbitan tahun 2005 sebesar USD2,5 miliar turun menjadi USD1,5 miliar pada<br />
tahun 2006, dan kembali naik menjadi USD2,0 miliar pada tahun 2007. Peningkatan ini<br />
bukan sepenuhnya menunjukkan indikasi adanya ketergantungan sumber pembiayaan<br />
terutama untuk me-refinance pinjaman luar negeri atau mengisi gap kebutuhan pembiayaan<br />
dalam valuta asing, tetapi juga sebagai alternatif sumber pembiayaan agar tidak terjadi<br />
crowding-out effect di pasar dalam negeri. Walaupun demikian, Pemerintah akan tetap<br />
memperhatikan dan menjaga upaya-upaya untuk menurunkan pembiayaan utang secara<br />
keseluruhan yang bersumber dari luar negeri, yang ditunjukkan oleh tetap terjadinya<br />
pengurangan pembiayaan utang luar negeri neto (net declining external debt), agar tidak<br />
menambah kerentanan faktor eksternal dalam utang pemerintah (external vulnerability).<br />
Dari sisi tenor, SBN yang diterbitkan selama horizon waktu tersebut terdapat perbaikan<br />
yang cukup mendasar. Bila dalam tahun 2004, SBN yang dapat diterima dengan baik oleh<br />
pasar domestik mempunyai tenor terpanjang sampai dengan sepuluh tahun, maka secara<br />
bertahap, dalam tahun 2005 Pemerintah dapat menerbitkan dengan tenor sampai dengan<br />
15 tahun, selanjutnya pada tahun 2006 hingga 20 tahun. Di tahun 2007, bahkan Pemerintah<br />
dapat menerbitkan SBN di pasar domestik dengan tenor 30 tahun. Dari pengalaman dalam<br />
menerbitkan surat berharga sebagai sumber pembiayaan, banyak negara memerlukan waktu<br />
yang cukup lama untuk bisa menerbitkan surat berharga yang bisa dianggap sangat panjang<br />
(super long tenor), dan sangat jarang yang dapat menerbitkan dalam waktu kurang dari<br />
satu dekade sejak mulai berkembangnya surat berharga. Walaupun ada beberapa negara<br />
yang dalam sejarah penerbitannya mampu menerbitkan surat berharga hingga 50 tahun<br />
dan surat berharga tanpa batas tenor (perpetual), namun tenor 30 tahun dianggap sebagai<br />
tenor yang paling panjang yang diterbitkan oleh suatu negara (sovereign) sebagai sumber<br />
pembiayaan permanennya. Di pasar internasional, sejak penerbitan perdana (debut) obligasi<br />
internasional pada tahun 2004, upaya untuk mengurangi refinancing risk secara konsisten<br />
dilakukan. Penerbitan di pasar internasional diupayakan agar semaksimal mungkin dilakukan<br />
dengan tenor lebih dari 10 tahun. Di tahun 2005, Pemerintah bahkan dapat menerbitkan<br />
<strong>VI</strong>-26 NK APBN 2009