14.04.2014 Views

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab <strong>VI</strong><br />

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />

konsumsi BBM bersubsidi melalui potensi penyelundupan BBM, pencampuran BBM bersubsidi<br />

dengan nonsubsidi dan beralihnya masyarakat pengguna BBM nonsubsidi ke BBM bersubsidi.<br />

Ketiga faktor ini dapat mendorong makin tingginya konsumsi BBM bersubsidi, dengan<br />

demikian akan menyebabkan kenaikan subsidi BBM. Sebaliknya jika harga minyak mentah<br />

dunia menurun, maka disparitas harga akan semakin mengecil. Disparitas harga yang semakin<br />

kecil diharapkan dapat mencegah ketiga hal di atas, sehingga konsumsi BBM bersubsidi dapat<br />

relatif terkendali sebagaimana yang diasumsikan di dalam APBN.<br />

Selain subsidi BBM, perubahan ICP juga akan memengaruhi perubahan beban subsidi listrik.<br />

Hal ini di samping karena sebagian pembangkit listrik milik PT PLN (Persero) masih<br />

menggunakan bahan bakar minyak (tahun 2009 diperkirakan sekitar 24,8 persen dari total<br />

gWh yang diproduksi), juga karena harga beli BBM oleh PT PLN (Persero) merupakan harga<br />

BBM nonsubsidi (yang sama dengan harga BBM di pasar), yang perkembangannya sangat<br />

dipengaruhi oleh perubahan harga minyak mentah di pasar internasional. Karena itu, setiap<br />

perubahan harga minyak mentah sangat sensitif terhadap perubahan biaya pokok produksi<br />

(BPP) listrik, dan apabila tarif dasar listrik (TDL) ditetapkan tidak berubah, maka beban subsidi<br />

listrik yang merupakan selisih antara TDL dengan BPP, juga akan mengalami perubahan,<br />

searah dengan perubahan harga minyak mentah. Dalam tahun 2009, apabila berbagai variabel<br />

dan faktor-faktor yang lain dianggap tetap, maka setiap perubahan harga minyak mentah<br />

sebesar USD1,0 per barel, diperkirakan akan berpengaruh pada perubahan beban subsidi<br />

listrik sekitar Rp0,4 triliun sampai dengan Rp0,5 triliun.<br />

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap perubahan ICP sebesar USD1,0 per<br />

barel (ceteris paribus) akan berpotensi mengakibatkan perubahan belanja pemerintah<br />

pusat (yaitu subsidi BBM dan subsidi listrik) pada APBN 2009 sekitar Rp2,8 triliun sampai<br />

dengan Rp3,0 triliun.<br />

Sementara itu, perubahan ICP yang menyebabkan perubahan pada sisi penerimaan negara<br />

dari sektor migas, juga akan berpengaruh terhadap besaran alokasi transfer ke daerah. Dalam<br />

proses penyusunan APBN, komponen transfer ke daerah yang dipengaruhi secara langsung<br />

oleh perubahan ICP adalah Dana Bagi Hasil (DBH), penerimaan sektor pertambangan minyak<br />

bumi dan gas alam. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang<br />

perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintahan daerah, DBH disalurkan<br />

berdasarkan realisasi penerimaan tahun berjalan. Karena itu, setiap perubahan pada<br />

penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas alam akibat perubahan ICP, akan<br />

menyebabkan perubahan pada alokasi DBH dari penerimaan sektor pertambangan minyak<br />

bumi dan gas alam. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, bagian<br />

daerah atas penerimaan minyak bumi dan gas alam masing-masing ditetapkan sebesar 15<br />

persen dan 30 persen, sedangkan khusus untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan<br />

Papua, sejalan dengan ketentuan perundang-undangan mengenai otonomi khusus, bagian<br />

daerah dari penerimaan minyak bumi dan gas alam ditetapkan sebesar 70 persen dari total<br />

penerimaan migas setelah dikurangi dengan pajak.<br />

Sebagai gambaran, setiap perubahan asumsi harga minyak mentah sebesar USD1 per barel<br />

dengan asumsi faktor-faktor lainnya tetap (ceteris paribus), diperkirakan berakibat pada<br />

perubahan transfer ke daerah (DBH migas) sebesar Rp0,4 triliun sampai dengan Rp0,5 triliun.<br />

Dengan berbagai perkembangan sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa<br />

setiap perubahan harga minyak sebesar USD1,0 per barel (ceteris paribus) diperkirakan akan<br />

berakibat pada perubahan belanja negara dalam APBN 2009 sebesar Rp3,3 triliun sampai dengan<br />

Rp3,5 triliun.<br />

<strong>VI</strong>-60 NK APBN 2009

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!