14.04.2014 Views

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />

Bab <strong>VI</strong><br />

BUMN terhadap APBN. Penurunan<br />

kontribusi ini merupakan bagian dari<br />

risiko fiskal yang bersumber dari BUMN.<br />

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh<br />

perubahan tersebut Pemerintah telah<br />

melakukan pengujian sensitivitas atau<br />

macro stress test dengan menggunakan<br />

beberapa indikator risiko fiskal yang<br />

meliputi (1) kontribusi bersih BUMN<br />

terhadap APBN, (2) utang bersih BUMN,<br />

dan (3) kebutuhan pembiayaan bruto<br />

(Triliun Rp)<br />

BUMN. Simulasi ini dilakukan sebagai upaya untuk dapat mengidentifikasi secara dini risiko<br />

fiskal yang bersumber dari BUMN, sehingga kesinambungan APBN dapat lebih terjaga.<br />

Simulasi macro stress test dilakukan pada PT Pertamina (persero), PT PLN (Persero), PT<br />

PGN, PT Telkom, PT PELNI, PT KAI, dan PT PUS<strong>RI</strong>. Pengujian ini dilakukan secara parsial<br />

dan baseline berdasarkan kinerja keuangan ketujuh BUMN pada tahun 2007. Hasil macro<br />

stress test menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar, tingkat suku bunga, dan harga minyak<br />

mentah mengakibatkan kontribusi bersih BUMN terhadap APBN Tahun 2009 semakin<br />

negatif. Sebagai contoh, pada saat harga minyak meningkat sebesar USD20 per barel maka<br />

arus kas dari Pemerintah ke BUMN meningkat antara Rp1.350,9 miliar sampai dengan<br />

Rp1.375,7 miliar. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan subsidi dan listrik yang<br />

diberikan melalui PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).<br />

Kenaikan ketiga variabel makro ini juga meningkatkan kebutuhan pembiayaan bruto BUMN.<br />

Sebagai contoh, pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami<br />

depresiasi sebesar 20 persen menyebabkan kebutuhan pembiayaan bruto BUMN tahun 2009<br />

meningkat antara Rp106,72 miliar sampai dengan Rp107,9 miliar agar BUMN tetap tumbuh.<br />

Terkait hal ini terdapat beberapa BUMN yang mengalami kesulitan dalam mencari sumbersumber<br />

pembiayaan tanpa mendapatkan dukungan Pemerintah.<br />

Pada aspek total utang bersih BUMN, kenaikan ketiga variabel makro tersebut juga semakin<br />

memperlebar selisih antara total kewajiban BUMN dengan aktiva lancar yang dimiliki<br />

BUMN. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 20 persen pada<br />

tahun 2009 berpotensi menurunkan kemampuan aktiva lancar terhadap total kewajiban<br />

antara Rp774,3 miliar sampai dengan Rp756,9 miliar.<br />

Uji sensitivitas juga menunjukkan bahwa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika<br />

Serikat mempunyai dampak yang cukup signifikan terhadap risiko fiskal BUMN. Besarnya<br />

pengaruh depresiasi ini disebabkan tingginya denominasi dolar Amerika Serikat dalam<br />

aktivitas operasional BUMN dan komposisi utang BUMN. Sebagai contoh, utang PT PLN<br />

(Persero) dalam mata uang asing pada tahun 2007 mencapai sekitar 71,54 persen dari total<br />

utang.<br />

Terkait dengan uraian tersebut di atas, berikut ini disajikan hasil pengujian sensitivitas macro<br />

stress test risiko fiskal BUMN dan kinerja beberapa BUMN serta potensi risiko fiskal yang<br />

ditimbulkannya pada Boks <strong>VI</strong>.6. Sedangkan untuk risiko fiskal terkait dengan PSO disajikan<br />

pada Boks <strong>VI</strong>.7 dan Boks <strong>VI</strong>.8. Untuk risiko fiskal terkait dengan PMN disajikan pada<br />

Boks <strong>VI</strong>.9 dan Boks <strong>VI</strong>.10.<br />

140<br />

120<br />

100<br />

80<br />

60<br />

40<br />

20<br />

0<br />

Grafik <strong>VI</strong>.13<br />

Perkembangan Kontribusi BUMN Terhadap APBN, 2003-2008<br />

Dividen Pajak Privatisasi Total<br />

2003 2004 2005 2006 2007 2008 *<br />

* Target APBN-P 2008<br />

Sumber: Departemen <strong>Keuangan</strong><br />

NK APBN 2009<br />

<strong>VI</strong>-67

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!