BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />
Bab <strong>VI</strong><br />
Dampak Neto Perubahan ICP terhadap APBN 2009<br />
Mengingat setiap USD1,0 per barel perubahan harga minyak mentah Indonesia (ICP) di pasar<br />
internasional, diperkirakan akan memberikan dampak terhadap perubahan pendapatan<br />
negara sebesar Rp2,8 triliun sampai dengan Rp2,9 triliun (0,054 s.d. 0,056 persen PDB), dan<br />
berakibat pada perubahan belanja negara sebesar Rp3,3 triliun sampai dengan Rp3,5 triliun<br />
(0,062 s.d. 0,065 persen PDB), maka dapat disimpulkan bahwa setiap USD1,0 per barel<br />
perubahan ICP pada APBN 2009 akan memberikan dampak neto negatif terhadap perubahan<br />
defisit sebesar Rp0,4 triliun sampai dengan Rp0,6 triliun (0,008 s.d 0,011 persen terhadap<br />
PDB).<br />
Penurunan lifting minyak domestik juga akan memengaruhi APBN pada sisi pendapatan<br />
dan sisi belanja negara. Pada sisi pendapatan, penurunan lifting minyak domestik akan<br />
menurunkan PPh migas dan PNBP migas. Sementara pada sisi belanja negara, penurunan<br />
lifting minyak domestik akan menurunkan dana bagi hasil ke daerah. Untuk APBN 2009,<br />
apabila realisasi lifting minyak domestik lebih rendah 10.000 barel per hari dari yang<br />
diasumsikan, maka tambahan defisit APBN diperkirakan akan berada pada kisaran Rp1,46<br />
triliun sampai dengan Rp1,54 triliun.<br />
Variabel lain yang berpengaruh terhadap besaran defisit adalah volume konsumsi BBM<br />
domestik. APBN Tahun 2009 mengasumsikan konsumsi BBM domestik untuk tahun 2009<br />
sebesar 36,8 juta kiloliter yang terdiri atas konsumsi premium sebesar 19,4 juta kiloliter,<br />
konsumsi minyak tanah sebesar 5,8 juta kiloliter, dan konsumsi solar sebesar 11,6 juta kiloliter.<br />
Peningkatan konsumsi BBM domestik<br />
rata-rata sebesar 0,5 juta kiloliter untuk<br />
setiap jenis BBM berpotensi menambah<br />
defisit APBN Tahun 2009 pada kisaran<br />
Rp2,8 triliun sampai dengan Rp3,01<br />
triliun.<br />
Dari analisis sensitivitas di atas maka<br />
besaran risiko fiskal, berupa tambahan<br />
defisit, yang berpotensi muncul dari<br />
variasi asumsi-asumsi makro ekonomi<br />
yang digunakan untuk menyusun APBN<br />
Tahun 2009 dapat digambarkan dalam<br />
Tabel <strong>VI</strong>.13.<br />
6.4.2 Risiko Utang Pemerintah<br />
No<br />
Tabel <strong>VI</strong>.13<br />
Sensitivitas Asumsi Ekonomi Makro terhadap Defisit APBN<br />
1. Pertumbuhan ekonomi (%) - 0,1 6,0 0,46 s.d. 0,54<br />
2. Tingkat inflasi (%) + 0,1 6,2 - 0,46 s.d. - 0,54<br />
3. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) + 100 9.400 0,6 s.d. 0,8<br />
4. Suku bunga SBI-3 bulan (%) + 0,25 7,5 0,3 s.d o,5<br />
5. Harga minyak ICP (US$/barel) + 1 80,0 0,4 s.d. 0,6<br />
6. Lifting minyak (juta barel/hari) - 0,01 0,960 1,46 s.d. 1,54<br />
7. Konsumsi BBM domestik (juta kiloliter) + 0,5 36,8 2,8 s.d. 3,01<br />
Sumber: Departemen <strong>Keuangan</strong><br />
Keterangan:<br />
*) Asumsi defisit RAPBN Tahun 2009 = Rp51,3 triliun<br />
Salah satu aspek pengelolaan risiko fiskal adalah pengelolaan risiko utang pemerintah.<br />
Pengelolaan risiko utang pemerintah sangat memengaruhi kesinambungan fiskal pemerintah<br />
pada tahun berjalan dan masa yang akan datang. Pengelolaan risiko utang pemerintah<br />
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan utang Pemerintah.<br />
Risiko yang dihadapi dalam pengelolaan risiko utang pemerintah dapat muncul dari<br />
lingkungan eksternal maupun internal organisasi pengelola utang. Risiko dimaksud antara<br />
lain (1) risiko keuangan yaitu risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar, dan risiko refinancing,<br />
Uraian<br />
Satuan<br />
Perubahan<br />
Asumsi<br />
Asumsi<br />
2009 *)<br />
Potensi Tambahan<br />
Defisit<br />
(Triliun Rp)<br />
NK APBN 2009<br />
<strong>VI</strong>-61