14.04.2014 Views

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />

Bab <strong>VI</strong><br />

jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tidak melebihi 60<br />

persen terhadap PDB tahun bersangkutan. Kebijakan pengelolaan utang dalam jangka<br />

panjang, berpedoman juga pada (1) penurunan rasio utang terhadap PDB secara bertahap<br />

yang dilakukan dengan mempertahankan stabilitas ekonomi makro sekaligus mendorong<br />

pertumbuhan ekonomi, (2) penetapan target tambahan utang bersih maksimal (maximum<br />

additional debt) terhadap PDB dengan kisaran kurang lebih 1 persen, dan (3) pengurangan<br />

secara bertahap ketergantungan pada pinjaman luar negeri. Dalam rangka mencapai tujuan<br />

jangka panjang pengelolaan utang diperlukan beberapa upaya strategis melalui<br />

(1) pengurangan utang negara melalui pelunasan tunai secara bertahap; (2) prioritas<br />

penerbitan/pengadaan utang dalam mata uang rupiah; (3) peningkatan porsi utang negara<br />

dengan bunga tetap; (4) mengutamakan pengadaan/penerbitan utang negara dengan tenor<br />

yang relatif panjang; dan (5) mengupayakan penyederhanaan struktur portofolio utang<br />

negara.<br />

Pengelolaan utang pemerintah secara umum dilakukan terhadap SBN dan pinjaman<br />

pemerintah. Pengelolaan SBN meliputi aspek pengelolaan portofolio SBN dan aspek<br />

pengembangan pasar SBN untuk meningkatkan kedalaman dan likuiditas pasar sekunder.<br />

Sedangkan pengelolaan pinjaman meliputi aspek pengelolaan portofolio dan peningkatan<br />

kualitas pengelolaan pinjaman.<br />

Dalam pengelolaan utang, kebijakan yang dijalankan Pemerintah selama ini mencakup<br />

upaya-upaya untuk melakukan diversifikasi instrumen dan upaya untuk meminimalkan<br />

risiko-risiko yang ada (risiko nilai tukar, risiko pembiayaan kembali, risiko tingkat bunga,<br />

risiko operasional, dan lain-lain), diantaranya melalui (1) memprioritaskan penerbitan/<br />

pengadaan utang dalam mata uang rupiah, (2) meningkatkan porsi utang negara dengan<br />

bunga tetap (fixed rate), dan (3) mengutamakan utang berjangka waktu relatif panjang.<br />

6.3.2.1 Realisasi Pembiayaan dan Pengelolaan Utang Tahun 2004–2007<br />

Dalam kurun waktu 2004–2007 realisasi pembiayaan utang neto menunjukkan peningkatan<br />

dari sebesar negatif Rp21,2 triliun, atau terjadi pengeluaran utang neto (net debt payment)<br />

pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp33,3 triliun pada tahun 2007. Peningkatan tersebut<br />

terutama terjadi pada SBN, karena sejak tahun 2005, penerbitan SBN juga berperan sebagai<br />

instrumen pembiayaan bagi pembayaran kembali utang (refinancing) bagi pinjaman luar<br />

negeri. Secara bertahap penerbitan SBN neto meningkat dari Rp6,9 triliun pada tahun 2004<br />

menjadi Rp57,2 triliun pada tahun 2007, atau hampir sepuluh kali lipat. Sementara pinjaman<br />

luar negeri secara konsisten menunjukkan penurunan secara rata-rata selama empat tahun<br />

tersebut sekitar Rp22 triliun per tahun.<br />

Dalam kurun waktu 2004–2007, jumlah surat berharga yang telah diterbitkan mencapai<br />

Rp240,6 triliun, yang terdiri dari penerbitan di pasar domestik sebesar Rp175,1 triliun dan<br />

sebesar Rp65,5 triliun (ekuivalen USD7,0 miliar) diterbitkan di pasar internasional. Sementara<br />

jumlah surat berharga yang dilunasi, baik karena jatuh tempo atau dibeli kembali (buy<br />

back) mencapai Rp117,7 triliun. Seluruh surat berharga yang dilunasi tersebut merupakan<br />

surat berharga yang diterbitkan di dalam negeri, dan sebagian diantaranya yaitu Rp16,8<br />

triliun adalah surat berharga yang tidak dapat diperdagangkan, yang diterbitkan kepada<br />

Bank Indonesia. Dengan demikian, secara neto pembiayaan SBN yang telah dilakukan sejak<br />

tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mencapai Rp121,2 triliun.<br />

NK APBN 2009<br />

<strong>VI</strong>-25

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!