14.04.2014 Views

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />

Bab <strong>VI</strong><br />

penyelenggaraan penanggulangan bencana<br />

diantaranya perlindungan masyarakat dari<br />

dampak bencana, pemulihan kondisi dari<br />

dampak bencana dan pengalokasian anggaran<br />

penang-gulangan bencana dalam APBN.<br />

<strong>Anggaran</strong> tersebut diperuntukan untuk<br />

kegiatan-kegiatan tahap prabencana, saat<br />

tanggap darurat bencana, dan pascabencana.<br />

Untuk tahun 2007, Pemerintah<br />

mengalokasikan dana kontinjensi untuk<br />

penanggulangan bencana sebesar Rp2,7 triliun.<br />

Dari anggaran tersebut, 99 persen telah<br />

direalisasi antara lain untuk penanganan gempa<br />

di Manggarai, Bengkulu, Sumatera Barat dan<br />

sekitarnya serta banjir di Morowali dan Gorontalo.<br />

Sedangkan untuk tahun 2008, Pemerintah mengalokasikan dana kontinjensi bencana sebesar<br />

Rp3,0 triliun, dan telah direalisasi 98,3 persen atau Rp2,95 triliun. Untuk tahun 2009,<br />

Pemerintah mengalokasikan dana kontinjensi bencana sebesar Rp3,0 triliun, sama dengan<br />

tahun anggaran sebelumnya.<br />

6.4.11 Risiko Fiskal Lainnya<br />

Di samping risiko fiskal tersebut di atas, APBN juga dihadapkan pada beberapa risiko fiskal<br />

lainnya, antara lain sebagai berikut.<br />

a. Risiko tidak tercapainya penerimaan perpajakan nonmigas<br />

Berdasarkan hasil pembahasan antara Pemerintah dengan DPR jumlah penerimaan pajak<br />

nonmigas (PPh nonmigas, PPN & PPnBM, pajak bumi dan bangunan, BPHTB serta pajak<br />

lainnya) untuk tahun anggaran 2009 ditetapkan sebesar Rp591,13 triliun, yang berarti lebih<br />

besar apabila dibandingkan dengan angka penerimaan yang diajukan oleh Pemerintah sebesar<br />

Rp584,6 triliun. Mengingat kondisi perekonomian nasional masih dibayangi dengan<br />

ketidakpastian sebagai dampak krisis keuangan global, terdapat potensi risiko target tersebut<br />

tidak tercapai. Oleh karena itu dalam upaya memberikan bantalan kepada APBN 2009<br />

terhadap risiko tersebut maka dialokasikan dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp2,0 triliun.<br />

b. Risiko Kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) ketersediaan inkind batubara<br />

Dalam upaya untuk menurunkan biaya pokok produksi (BPP) tenaga listrik, Pemerintah<br />

melakukan beberapa kebijakan, diantaranya dengan melakukan program diversifikasi energi<br />

primer di pembangkit tenaga listrik, salah satunya dengan cara meningkatkan penggunaan<br />

batubara. Untuk itu akan diterbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur pasokan<br />

batubara untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri inkind kepada PT PLN (Persero), yang<br />

berlaku mulai 1 Januari 2009. Jika PT PLN (Persero) mendapat batubara untuk mengganti<br />

bahan bakar minyak (BBM)-nya dari DMO atau kewajiban memasok pasar domestik, maka<br />

potensi subsidi yang dapat dihemat sebesar Rp3,0 triliun. Dalam upaya memberikan bantalan<br />

kepada APBN jika kebijakan ini tidak terlaksana, telah dialokasikan dana cadangan risiko<br />

fiskal sebesar Rp3,0 triliun.<br />

(MiliarRp)<br />

3.500<br />

3.000<br />

2.500<br />

2.000<br />

1.500<br />

1.000<br />

Grafik <strong>VI</strong>.17<br />

Dana Penanggulangan Bencana Alam 2004-2008<br />

500<br />

0<br />

2004 2005 2006 2007 2008 2009 *)<br />

*) Untuk tahun 2009 merupakan angka yang diusulkan Pemeritah<br />

Sumber : Departemen <strong>Keuangan</strong><br />

Pagu<br />

Realisasi<br />

NK APBN 2009<br />

<strong>VI</strong>-77

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!