BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />
Bab <strong>VI</strong><br />
Pembiayaan dari penerbitan SBN (neto) sampai dengan bulan September 2008 tersebut<br />
berasal dari total penerbitan sebesar Rp126,2 triliun dan pelunasan pokok SBN jatuh tempo,<br />
serta pembelian kembali SBN sebelum jatuh tempo sebesar Rp21,6 triliun. Dari jumlah<br />
penerbitan tersebut, Rp39,3 triliun (40,6 persen) diantaranya diterbitkan di pasar<br />
internasional. Di pasar dalam negeri, SBN yang telah diterbitkan meliputi SBN yang<br />
ditawarkan pada investor institusi maupun investor individu, yang selama ini dikenal dengan<br />
obligasi negara retail (O<strong>RI</strong>). SBN yang diterbitkan terutama untuk investor institusi<br />
diantaranya dalam bentuk instrumen jangka pendek dengan bunga diskonto, yaitu surat<br />
perbendaharaan negara (SPN) dan instrumen jangka panjang yang meliputi obligasi dengan<br />
tingkat bunga tetap (FR), obligasi dengan tingkat bunga mengambang (VR) dan obligasi<br />
tanpa kupon (zero coupon, ZC). Penerbitan VR untuk kepentingan pembiayaan merupakan<br />
penerbitan yang pertama kali dilakukan, dalam jumlah yang sesuai dengan permintaan<br />
dan daya serap pasar.<br />
Sementara itu, untuk mengurangi beban pembayaran bunga utang dan penerbitan gross<br />
SBN dalam tahun 2008 akibat besarnya tambahan pembiayaan melalui SBN (neto), Panja<br />
DPR meminta Pemerintah dan Bank Indonesia melakukan pembahasan moratorium<br />
kewajiban pembayaran bunga utang dan cicilan pokok surat utang kepada Bank Indonesia.<br />
Bunga utang yang dimoratorium adalah bunga SU-002, SU-004 dan SU-007 dengan total<br />
sebesar Rp1,87 triliun, sedangkan cicilan pokok utang yang dimoratorium adalah pokok<br />
SU-007 sebesar Rp1,2 triliun. Pemerintah akan membayar kewajiban bunga dan cicilan<br />
pokok surat utang yang dimoratorium tersebut pada tahun 2009. Selain moratorium<br />
pembayaran kewajiban, Panja DPR juga meminta agar dilakukan restrukturisasi tingkat<br />
bunga SU-002, SU-004 dan SU-007 menjadi sebesar 0,1 persen sebagaimana tingkat bunga<br />
SRBI-001.<br />
Dalam tahun 2008, Pemerintah tetap semaksimal mungkin mengupayakan penerbitan yang<br />
berasal dari sumber dalam negeri, dengan tetap mempertimbangkan dan memperhitungkan<br />
kapasitas daya serap pasar dalam negeri serta mendukung pengembangan pasar surat<br />
berharga secara berkesinambungan. Dengan melihat cukup besarnya kebutuhan pembiayaan<br />
yang bersumber dari utang, di sisi lain kondisi perekonomian dan pasar keuangan belum<br />
menunjukkan tanda-tanda perbaikan, maka Pemerintah harus berhati-hati dalam menyusun<br />
strategi penerbitannya. Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam penerbitan antara<br />
lain waktu penerbitan, jenis instrumen, dan jumlah yang diterbitkan. Hal tersebut harus<br />
pula didukung dengan kemampuan dalam menganalisa kondisi pasar surat berharga. Terkait<br />
dengan waktu dan jumlah surat berharga yang diterbitkan, Pemerintah menerapkan strategi<br />
front loading issuance yaitu dengan menerbitkan surat berharga, baik di pasar domestik<br />
maupun internasional, dalam jumlah lebih besar pada awal-awal tahun anggaran. Alasan<br />
utama dilakukan front loading adalah untuk (1) memanfaatkan likuiditas yang besar pada<br />
awal tahun sehingga yield penerbitan relatif lebih rendah; (2) menghindari beban penerbitan<br />
terkonsentrasi pada akhir tahun anggaran sehingga berpotensi terjadinya cornerring<br />
mengingat target gross issuance yang besar; dan (3) mengantisipasi ketidakpastian kondisi<br />
pasar keuangan global dan domestik.<br />
Berdasarkan hasil analisis yang cukup mendalam, Pemerintah memandang bahwa kondisi<br />
pasar dalam negeri kurang dapat mendukung pencapaian kebutuhan pembiayaan sampai<br />
dengan akhir tahun anggaran. Hal ini membuat Pemerintah mengambil langkah untuk<br />
melakukan penerbitan SUN di pasar internasional lebih banyak dan lebih cepat. Selama<br />
NK APBN 2009<br />
<strong>VI</strong>-31