14.04.2014 Views

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />

Bab <strong>VI</strong><br />

3. Batas pinjaman yang dapat diberikan oleh lender dan kebijakan pemberian pinjaman.<br />

Mengingat proses pemberian pinjaman terutama pinjaman kegiatan memerlukan<br />

waktu yang tidak pendek, maka dalam praktiknya lender, baik multilateral maupun<br />

bilateral, telah menyusun perencanaan pemberian pinjaman. Perencanaan tersebut<br />

pada umumnya bersifat jangka menengah dan dapat disesuaikan dari waktu ke<br />

waktu. Perencanaan tersebut dapat menjadi pedoman bagi Pemerintah untuk melihat<br />

seberapa besar pinjaman yang dapat dilakukan dan disesuaikan dengan prioritas<br />

kegiatan. Dokumen perencanaan tersebut merupakan dokumen yang disusun lender<br />

dengan mengakomodasi masukan Pemerintah, sehingga dapat diselaraskan antara<br />

kebutuhan jangka menengah Pemerintah dan kapasitas lender dalam memberi<br />

pinjaman.<br />

6.3.3.4 Isu, Tantangan dan Dinamika Pengelolaan Utang<br />

A. Kondisi Pasar SBN Dalam Negeri<br />

Sistem keuangan global merupakan suatu sistem yang terintegrasi, sehingga gejolak pasar<br />

keuangan eksternal dapat berpengaruh pada pasar keuangan domestik, termasuk pasar SBN<br />

domestik. Krisis subprime mortgage yang berawal dari Amerika Serikat pada pertengahan<br />

2007, berakibat pada besarnya kerugian yang dialami oleh beberapa institusi keuangan<br />

terkemuka di dunia. Kondisi ini mengakibatkan perlunya suntikan modal baru yang pada<br />

akhirnya menimbulkan keringnya likuiditas (liquidity crunch) di pasar keuangan dunia.<br />

Dalam kondisi tersebut, umumnya pelaku pasar global melepas sebagian risky assets dan<br />

beralih kepada riskfree assets (flight to quality). Hal ini selanjutnya akan berpengaruh<br />

terhadap penurunan harga risky assets, karena meningkatnya risk premium yang diminta<br />

oleh investor, yang ditunjukkan oleh peningkatan yield. Mengingat rating Indonesia yang<br />

masih berada pada non-investment grade, maka SBN dapat dipandang sebagai risky asset.<br />

Pasar keuangan domestik khususnya pasar obligasi yang didominasi oleh investor asing<br />

juga ikut merasakan dampak tersebut, yang ditandai dengan meningkatnya yield curve dan<br />

menurunnya transaksi perdagangan SBN domestik.<br />

Pasar SBN domestik pada semester I 2008 mengalami tekanan yang cukup besar akibat<br />

(1) dampak krisis subprime mortgage terhadap pasar Indonesia masih belum sepenuhnya<br />

mereda, (2) meningkatnya ekspektasi kenaikan inflasi 2008 akibat kenaikan harga minyak<br />

mentah dunia yang diterjemahkan pelaku pasar dalam peningkatan yield curve, dan<br />

(3) kekhawatiran oversupply SBN di tahun 2008 akibat peningkatan defisit. Sampai dengan<br />

kuarter ketiga tahun 2008 terdapat kenaikan yield seri benchmark sebesar 292 bps sampai<br />

dengan 395 bps apabila dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2007. Selain itu, volume<br />

perdagangan harian di pasar sekunder mengalami penurunan dari Rp5,9 triliun dengan<br />

frekuensi per hari mencapai 232 transaksi di tahun 2007 menjadi Rp4,1 triliun dengan<br />

frekuensi per hari 141 transaksi pada bulan September 2008. Di pasar perdana, tekanan ini<br />

ditunjukkan oleh relatif turunnya total bid yang masuk dengan tawaran yield yang meningkat<br />

cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2007.<br />

Pelaku pasar mengkhawatirkan oversupply SBN akibat besarnya kebutuhan pembiayaan<br />

APBN yang terjadi bersamaan dengan situasi pasar keuangan yang cenderung melemah<br />

(bearish) dan masih terbatasnya daya serap pasar domestik akibat rendahnya penambahan<br />

aset kelolaan industri keuangan untuk ditempatkan pada SBN, serta turunnya risk limit<br />

NK APBN 2009<br />

<strong>VI</strong>-41

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!