14.04.2014 Views

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />

Bab <strong>VI</strong><br />

air dan sanitasi, serta pertanian. Sedangkan untuk area cross-cutting issues antara lain<br />

menitikberatkan pada structure arrangement yang dilaksanakan Pemerintah Indonesia<br />

yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, clean development mechanism, cobenefit,<br />

dan fiscal incentive.<br />

E. Keterbatasan Alternatif Pinjaman Murah<br />

Pinjaman lunak pada dasarnya merupakan pinjaman yang memiliki persyaratan (terms<br />

and conditions) lebih rendah dari pinjaman yang ada di pasar keuangan pada umumnya.<br />

Terms and conditions pinjaman lunak biasanya memiliki tenor dan tenggang waktu (grace<br />

period) yang lebih panjang, tingkat bunga di bawah tingkat bunga pasar, dan biaya lainnya<br />

yang sangat ringan. Berdasarkan definisi yang disusun oleh Organization of Economic<br />

Cooperation and Development (OECD), sebuah pinjaman dapat dikategorikan sebagai<br />

pinjaman lunak apabila memiliki tingkat kelunakan (grant element) sebesar minimal 35<br />

persen. Pengukuran tingkat kelunakan dari suatu pinjaman, dihitung sebagai selisih antara<br />

face value (jumlah pinjaman) dengan nilai sekarang (present value) dari kewajiban<br />

pembayaran pinjaman (termasuk biaya-biaya yang dikenakan) yang harus dibayar oleh<br />

peminjam yang dinyatakan sebagai persentase dari face value pinjaman. Menurut konvensi<br />

(DAC-OECD), untuk menghitung present value digunakan discount rate 10 persen.<br />

Pinjaman lunak ini biasanya disediakan oleh beberapa lender, diantaranya (1) lembaga<br />

multilateral dimana Indonesia menjadi salah satu anggotanya dan biasanya dikategorikan<br />

sebagai concessional loan, sebagai contoh Bank Dunia memiliki International Development<br />

Assistance (IDA) dan ADB memiliki Asian Development Fund (ADF); (2) lembaga keuangan<br />

bilateral misalnya Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Kreditanstalt für<br />

Wiederaufbau (KfW) memiliki pinjaman lunak yang dikategorikan sebagai Official<br />

Development Assistance (ODA); dan (3) negara-negara kreditur tertentu yang menyediakan<br />

pinjaman lunak.<br />

Dalam pelaksanaannya, tidak semua kegiatan Pemerintah dapat dibiayai dengan pinjaman<br />

lunak, mengingat pemberi pinjaman mempunyai alasan, tujuan, dan kriteria-kriteria tertentu<br />

dalam penyediaan pinjaman lunak. Bagi lembaga keuangan multilateral dan bilateral,<br />

pinjaman lunak utamanya diberikan kepada negara-negara yang masuk dalam kategori<br />

low income countries dan digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara<br />

tersebut. Selain itu, beberapa pemberi pinjaman menyediakan pinjaman lunak bagi<br />

pembiayaan sektor-sektor tertentu seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan<br />

lingkungan. Bagi sektor pertahanan dan keamanan, khususnya untuk pengadaan alutsista<br />

TNI, dan dalam upaya meningkatkan hubungan kerja sama bilateral yang saling<br />

menguntungkan, beberapa negara memberikan pinjaman lunak, akan tetapi hal tersebut<br />

masih relatif sedikit (baik dilihat dari sisi jumlah pemberi pinjaman maupun nilai nominal<br />

pinjaman tersebut) jika dibandingkan dengan kebutuhan di sektor pertahanan dan keamanan.<br />

Pinjaman dengan terms lunak (concessional) ditujukan utamanya bagi negara-negara yang<br />

berpendapatan rendah (low income countries). Indonesia saat ini tergolong sebagai negara<br />

yang pendapatan per kapitanya melampaui batas maksimal yang dipersyaratkan oleh<br />

pemberi pinjaman. Sebagai contoh, Bank Dunia menetapkan batas pendapatan per kapita<br />

sebuah negara untuk dapat menerima pinjaman dengan terms lunak yang berasal dari<br />

International Development Assistance (IDA) sebesar maksimal USD1.095. Dengan demikian,<br />

Indonesia sudah tidak layak lagi (tidak eligible) memperoleh pinjaman dengan terms lunak<br />

NK APBN 2009<br />

<strong>VI</strong>-47

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!