BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Bab <strong>VI</strong><br />
Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />
6.4 Risiko Fiskal<br />
Dalam <strong>Anggaran</strong> Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), minyak bumi mempunyai<br />
peranan yang cukup besar. Dari sisi penerimaan negara, khususnya untuk penerimaan<br />
negara bukan pajak, minyak bumi masih memberikan sumbangan penerimaan paling besar.<br />
Namun dari sisi belanja, minyak bumi juga merupakan sumber pengeluaran yang paling<br />
besar terutama dalam rangka subsidi energi. Sebagaimana dimaklumi bahwa dewasa ini<br />
Indonesia telah menjadi net importir sehingga perubahan harga minyak mentah di pasar<br />
internasional memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap APBN.<br />
Harga minyak mentah dunia dewasa ini cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan<br />
harga minyak mentah dunia dipengaruhi oleh tingginya demand atas energi dari negaranegara<br />
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti China dan India, sementara<br />
pertumbuhan supply relatif rendah. Pertumbuhan supply minyak mentah dewasa ini hanya<br />
berkisar satu persen per tahun, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan energi untuk<br />
pertumbuhan ekonomi dunia yang berkisar antara 3–4 persen, akibatnya harga minyak<br />
mentah dunia meningkat.<br />
Pada waktu yang bersamaan, di Amerika Serikat (AS) terjadi krisis perumahan (subprime<br />
mortgage) yang membawa dampak pada pelemahan nilai tukar mata uang dolar AS terhadap<br />
beberapa mata uang internasional. Krisis subprime mortgage juga membawa dampak lebih<br />
jauh terhadap perekonomian sehingga menyebabkan timbulnya gejolak di pasar keuangan<br />
AS dan diperkirakan akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2008.<br />
Dalam era globalisasi saat ini dan melihat signifikannya pengaruh perekonomian AS pada<br />
perekonomian dunia, adanya gejolak perekonomian di AS tersebut akan berimbas pada pasar<br />
keuangan negara-negara di dunia. Hal ini ditandai antara lain dengan terjadinya perubahan<br />
kepemilikan institusi keuangan dunia paska subprime morgage. Menurunnya perekonomian<br />
AS juga berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Pelemahan nilai tukar<br />
mata uang dolar AS diduga juga berdampak pada peta investasi. Investor di bursa cenderung<br />
mengalihkan investasinya dan memilih minyak sebagai lahan menciptakan yield sehingga<br />
menaikkan harga minyak. Kondisi lainnya yang terjadi di pasar dunia adalah tren<br />
meningkatnya harga komoditas primer, terutama pangan, seperti crude palm oil (CPO),<br />
beras, dan kedele yang akhirnya menimbulkan tekanan inflasi pada negara-negara pengimpor<br />
komoditas primer tersebut.<br />
Pada tahun 2009 fluktuasi harga minyak mentah dunia diperkirakan masih akan<br />
berlangsung. Sementara itu dampak negatif perubahan ekonomi global terhadap<br />
perkembangan perekonomian di dalam negeri juga masih akan terjadi, baik di pasar<br />
keuangan, ekonomi makro, maupun besaran APBN Tahun 2009.<br />
6.4.1 Sensitivitas Asumsi Ekonomi Makro<br />
Dalam penyusunan APBN, indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar<br />
penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia<br />
(SBI) 3 bulan, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/<br />
ICP), dan lifting minyak. Indikator-indikator tersebut merupakan asumsi dasar yang menjadi<br />
acuan bagi penghitungan besaran-besaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam APBN.<br />
<strong>VI</strong>-56 NK APBN 2009