14.04.2014 Views

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

BAB VI - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, dan Risiko Fiskal<br />

Bab <strong>VI</strong><br />

a. Perubahan formula perhitungan manfaat THT pada tahun 2004.<br />

PT Taspen (Persero) mencatat adanya kekurangan pendanaan pemerintah sebesar Rp2,0<br />

triliun. Terhadap kewajiban ini, Pemerintah mulai tahun 2005–2007 mencicil sebesar<br />

Rp250,2 miliar per tahun dan pada tahun 2008 Pemerintah mengalokasikan dana sebesar<br />

Rp500,2 miliar. Besarnya cicilan pembayaran kekurangan pendanaan ini akan<br />

disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara.<br />

b. Akibat adanya kenaikan gaji pokok PNS pada tahun 2001, 2003, dan 2007, PT Taspen<br />

(Persero) mencatat adanya kekurangan pendanaan pemerintah dalam program THT<br />

sebesar Rp1,9 triliun.<br />

c. Kenaikan gaji PNS pada tahun 2008 sebesar 20 persen. PT Taspen (Persero) mencatat<br />

adanya kenaikan kekurangan pendanaan sebesar Rp2,5 triliun.<br />

6.4.7 Desentralisasi Fiskal<br />

Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya<br />

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta<br />

masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,<br />

pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara<br />

Kesatuan Republik Indonesia. Dengan berjalannya waktu, pelaksanaan kebijakan ini telah<br />

berhasil mendorong perkembangan pembangunan daerah yang mengalami pemekaran.<br />

Namun, kebijakan desentralisasi fiskal perlu didukung dengan tersedianya SDM yang<br />

mampu menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah yang baik dan benar. Tanpa<br />

dukungan tersebut, kebijakan ini dapat menimbulkan risiko yang berdampak tidak hanya<br />

pada keuangan Pemerintah Pusat tetapi juga pada keuangan pemerintah daerah.<br />

Beberapa sumber risiko fiskal yang terkait dengan desentralisasi fiskal diantaranya adalah sebagai<br />

berikut (1) pemekaran daerah, (2) hold harmless, dan (3) alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya<br />

Alam.<br />

6.4.7.1 Pemekaran Daerah<br />

Penambahan daerah otonom baru memiliki dampak terhadap APBN yaitu pada (a) Dana<br />

Alokasi Umum (DAU); (b) Dana Alokasi Khusus (DAK); dan (c) kebutuhan pada instansi<br />

vertikal. Jumlah daerah otonom baru sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 telah<br />

mengalami penambahan sebanyak 31 daerah. Tabel <strong>VI</strong>.18 menunjukkan perkembangan<br />

jumlah daerah otonom baru tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.<br />

Setiap penambahan daerah otonom<br />

baru mengakibatkan menurunnya<br />

alokasi riil DAU bagi daerah otonom<br />

lainnya. Apabila kebijakan hold<br />

harmless masih dipertahankan,<br />

penurunan alokasi DAU tersebut<br />

memberi konsekuensi kepada APBN<br />

untuk menyediakan dana penyesuaian.<br />

Tabel <strong>VI</strong>.18<br />

Perkembangan Daerah Otonom Baru Tahun 2005 s.d. 2008<br />

Daerah 2005 2006 2007 2008 Jumlah<br />

Provinsi - - - - 0<br />

Kabupaten - - 21 6 27<br />

Kota - - 4 - 4<br />

Jumlah - - 25 6 31<br />

Sumber : Departemen <strong>Keuangan</strong><br />

NK APBN 2009<br />

<strong>VI</strong>-73

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!