You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
4.3. Intertekstualitas<br />
Penafsiran intertekstualitas tidak hanya terkotak pada genre yang sama.<br />
Teks-teks lain juga bisa menuntun pembaca untuk sampai pada penafsiran<br />
tertentu. Hal ini bisa saja merujuk tidak secara judul atau pengarang tapi pada<br />
subject matter yang sama. Teks dengan tema tentang wanita tentunya sudah<br />
banyak muncul sebelumnya. Hal inilah yang kemudian memunculkan gerakan-<br />
gerakan feminisme karena budaya patriarkal yang mengakar di masyarakat<br />
hendak dikritisi oleh kaum wanita. Namun jika dirunut maka kesalahan mutlak<br />
tidak berada pada wanita atau pria saja, karena masing-masing memiliki peran<br />
yang sangat penting dalam membangun atau menciptakan stigma tersebut.<br />
Yang sangat menarik dari intertekstualitas dalam puisi ini adalah<br />
kemunculan teks lain yang dapat ditelusuri dari cerita-cerita sebelumnya. Jika<br />
dikaitkan dengan puisi lain, maka puisi ini sepertinya akan berkorelasi dengan<br />
puisi A Portrait of a Lady. Judul ini pertama kali muncul dalam novel karya<br />
Henry James pada tahun 1881. Setelah itu tahun 1917. Setelah kemunculan dua<br />
karya yang berjudul sama ini kemudian muncul pula puisi karya William Carlos<br />
William pada tahun 1920.<br />
Jika ditarik benang merah diantara karya-karya tersebut di atas, maka puisi<br />
ini memiliki kedekatan korelasi dengan puisi karya William Carlos William.<br />
William Carlos William (1920-1934) telah menciptakan sebuah puisi yang<br />
berjudul A Portrait of a lady yang juga menggambarkan tentang sosok wanita<br />
dalam pandangan lelaki. Berbeda dari karya Ezra Pound, dalam puisi ini analogi