Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
adalah representasi yang jahat. Ketidakseimbangan ini diciptakan dalam<br />
terminologi dan benak pemikiran laki-laki.<br />
Mitos yang diciptakan tentang wanita selalu didukung oleh masyarakat.<br />
Mitos adalah satu perangkap objektivitas palsu terhadap laki-laki yang bergantung<br />
pada penilaian siap pakai yang tergesa-gesa. Di mata laki-laki-dan bagi banyak<br />
perempuan yang melihat melalui kacamata laki-laki-tidaklah cukup memiliki<br />
tubuh perempuan atau menganggap fungsi perempuan sebagai nyonya rumah atau<br />
ibu untuk menjadi seorang ”perempuan sejati”. Sebagai perempuan sejati ia harus<br />
dapat menerima dirinya sebagai Sosok yang lain (De Beauvoir, 2003: 376-379).<br />
Saat laki-laki memperlakukan perempuan sebagai Sosok yang Lain, lelaki<br />
seolah mendapat pengukuhan akan eksistensinya. Dalam hal ini maka lelaki akan<br />
berharap perempuan memanifestasikan lebih jauh kecenderungan keterlibatannya.<br />
Dengan demikian, perempuan mungkin akan gagal menegaskan status sebagai<br />
subjek karena ia tidak pula memiliki eksistensi sejati. Perempuan seringkali<br />
menyadari bahwa ia tidak memiliki sumber-sumber daya tertentu seringkali ia<br />
merasa ikatan kebutuhanlah yang mempersatukannya dengan laki-laki. Hal ini<br />
tidak berdasarkan atas hubungan timbal balik, ia sering kali sudah puas dengan<br />
perannya sebagai Sosok yang Lain.<br />
Seringkali kata seks digunakan untuk mendefinisikan perempuan,<br />
kenikmatan, tubuh, dan bahayanya. Benar bahwa bagi perempuan laki-laki adalah<br />
seks, dan nafsu berahi tidak pernah dinyatakan karena memang tidak satu pun<br />
yang pernah menyatakannya. Representasi dunia, seperti dunia itu sendiri,<br />
merupakan hasil karya laki-laki; mereka menggambarkannya dari pandangan