Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Dengan kata lain, akar masalah yang menyebabkan wanita dalam posisi<br />
yang stagnan, tidak mau berubah, bukan karena wanita memang tidak mempunyai<br />
kemampuan atau peluang untuk berubah, akan tetapi justru karena wanita<br />
memandang eksistensinya yang demikian sebagai suatu kodrat ‘kultural’.<br />
Tentu saja pemahaman yang demikian akan semakin mempersulit wanita<br />
untuk keluar dari imej negatif yang melingkarinya. Berbagai sisi negatif wanita,<br />
seperti rasa cemburu serta suka mengumbar kejelekan orang lain, yang dianggap<br />
oleh kaum lelaki sebagai permasalahan serius yang membuatnya terpuruk, justru<br />
oleh kaum wanita sendiri dianggap sebagai permasalahan sepele yang memang<br />
sudah menjadi kodrat wanita. Sehingga adalah suatu kewajaran jika wanita tidak<br />
bisa melepaskan diri dari sifat-sifat buruk tersebut dan selalu melakukannya<br />
secara berulang-ulang.<br />
Pemakluman akan keburukan sifat wanita inilah akar permasalahan yang<br />
akhirnya justru menghancurkan diri wanita sendiri. Ketidakmampuan wanita<br />
untuk menyadari eksistensinya membuatnya semakin dalam terpuruk dalam<br />
ketidakberdayaan. Bahkan, wanita tidak hanya dianggap tidak mampu, akan tetapi<br />
juga tidak mau peduli dengan dirinya sendiri. Keacuhan wanita akan<br />
permasalahan mereka terebut pada akhirnya terefleksi pada cara pandang dan cara<br />
bersikap. Dalam skala yang lebih besar, bahkan wanita dipandang lebih tidak<br />
rasional dibanding pria. Dengan kata lain hal ini mendukung image bahwa wanita<br />
selalu menjadi yang kedua karena wanita tidak akan pernah menjadi yang pertama<br />
dikarenakan sifat-sifatnya.